AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Komunitas Salihara kembali menghadirkan pertunjukkan rutinnya, Helateater. Aktivitas ini dibangkitkan kembali untuk menyapa para penikmat seni di Tanah Air mulai 18 Februari 2023.
Adapun untuk 2023, Helateater hadir dengan tema besar "Teater Objek" sebuah gagasan yang mengedepankan pertunjukan dengan memanfaatkan objek seperti wayang, boneka, hingga benda sehari-hari sebagai jantung utamapenampilannya. Penampil dari pertunjukan Helateater 2023 dipilih dari para seniman yang telah mengirimkan konsep dan gagasan terkait pertunjukannya kepada Teater Komunitas Salihara.
"Merujuk pada tema Helateater 2023, kami memutuskan untuk memilih empat karya yang dinilai paling menjanjikan keberhasilan sebuah pentas teater berbasis objek seturut konsep karya masing-masing dalam Helateater 2023," kata Kurator Teater Komunitas Salihara, Hendromasto Prasetyo, dalam siaran persnya, Selasa (14/2/2023).
Lewat undangan terbuka bagi para seniman muda, Kurator Teater Komunitas Salihara menjatuhkan pilihan pada empat penampil. Mereka adalah Flying Ballons Puppet dari Yogyakarta, SEKAT Studio dari Bekasi, Wayang Suket Indonesia dari Tuban, Jawa Timur, serta Institute Tingang Borneo Theater dari Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
"Empat karya itu menawarkan pertunjukan yang kuat pada cerita dan berbeda satu sama lain. Juga, memiliki ansambel permainan objek yang rapi dan terukur," ujar tim kurator Komunitas Salihara mengungkap alasan terpilihnya para penampil tersebut.
Keempat kelompok seniman tersebut akan meramaikan Teater dan Galeri Salihara mulai 18 Februari hingga 5 Maret 2023. Acara Helateater akan ditutup oleh penampilan spesial dari Papermoon Puppet Theatre asal Yogyakarta yang sudah melakukan banyak sekali pertunjukan di tingkat nasional maupun mancanegara.
Adapun untuk Flying Balloons Puppet akan memainkan pertunjukan bertajuk "Jalinan Kusam di Lemari Sosi". Karya ini mengusung tema memori dan tantangan bagi perempuan terkait dunia domestik yang membesarkannya sekaligus kungkungan dunia sosial di sekitarnya.
Untuk SEKAT Studio akan memainkan pertunjukan bertajuk "Identikit". Penampilan itu akan mengisahkan seorang seniman yang mencoba menembus kerinduan kepada kekasihnya melalui permainan jalangkung, yang pada beberapa tempat di Indonesia dipercaya sebagai ritus penghubung dunia manusia dengan dunia arwah. Di dalamnya pemanggung akan menghadirkan serangkaian objek, mulai dari topeng, boneka, aktor, bayangan hingga instrumen musik.
Lalu untuk penampil Wayang Suket Indonesia bakal menghadirkan pertunjukan bertajuk "Bandung Bondowoso". Pentas ini memberi watak baru kepada Bandung Bondowoso sebagai lelaki baik dan bertanggung jawab terhadap pilihannya dengan membangun seribu candi untuk Roro Jonggrang hanya dalam semalam.
Penceritaan kembali legenda terkenal, tetapi dengan sudut pandang perwatakan yang berbeda, akan memberikan penonton kenikmatan tersendiri. Pementasan menampilkan wayang suket (wayang yang terbuat dari rumput) dengan teknik teatrikal dan permainan bayangan, serta imbuhan elemen tari, musik dan seni rupa.
Lalu untuk Institute Tingang Borneo Theater mereka hendak membawakan pentas bernama "Himba". Mereka mementaskan pertunjukan menggunakan boneka yang dikolaborasikan dengan permainan bayangan, topeng khas suku Dayak dan pantomim.
Dengan tema pelestarian hutan dan ketegangan kepentingan antara adat dan industri perkebunan, antara kakek penjaga hutan keramat dan anak muda yang ambisius, kisah ini mengantarkan kita kepada permainan boneka yang kolaboratif. Memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga kelestarian hutan, tanpa kehilangan permainan bentuk boneka dan anasir pentas lainnya yang tidak kalah menarik.
Sebagai penampil spesial, Papermoon Puppet Theatre akan menghadirkan penampilan "A Bucket of Beetles". Pertunjukan ini menyajikan kisah tentang persahabatan antara Wehea dan seekor kumbang hutan.
Tidak hanya kisah persahabatannya yang ditonjolkan, pertunjukan ini juga menyajikan hubungan antara manusia dan alam. Sebuah kisah yang membuat kita bertanya-tanya: apakah kita sudah cukup menjaga air, tanah, dan udara kita? Pertunjukan ini terinspirasi dari kisah yang diceritakan oleh seorang anak laki-laki berusia 5 tahun.
Semua desain boneka hewan dalam lakon diambil dari lukisannya. Produksi ini sebelumnya disajikan secara virtual dengan live streaming performance dari studio Papermoon Puppet di Yogyakarta pada 2020.