AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Setelah masa pandemi Covid-19 mereda, pelaku industri musik perlu kembali beradaptasi dengan berbagai kegiatan luring. Banyak hal dan praktik-praktik baru yang harus dipelajari, yang dinilai membuat persaingan di industri musik menjadi lebih seru.
Hal tersebut disampaikan A&R Manager Musica Studio, Arlan Djoewarsa, dikutip dari siaran pers yang diterima Kamis (16/2/2023). Menurut Arlan, program-program luring yang sudah bisa kembali berlangsung merupakan angin segar bagi industri musik. Kini, persaingan juga semakin ketat, tidak lagi memandang latar belakang musisi label atau musisi independen (indie).
"Jati diri musisi merupakan hal yang sangat menentukan, selain tentunya penerimaan lagu oleh pendengar," ungkap Arlan pada forum diskusi "Breakfast with Resso (BwR)" yang diselenggarakan oleh platform streaming musik sosial Resso, Kamis (9/2/2023) lalu.
Perkembangan pesat era digitalisasi terus membuka pilihan-pilihan baru terkait cara musisi masuk ke dalam industri, bagaimana tren musik dipicu dan berkembang, serta perubahan cara industri musik bekerja. Pencabutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pun membuat industri musik semakin kondusif, ditandai dengan kembali maraknya konser dan pertunjukan musik.
Mengenai cara musik menjangkau pendengarnya, itu juga dibantu oleh kehadiran digital entertainment platform seperti TikTok. Informasi dan tren yang tersedia di dalam ekosistem platform memudahkan musisi atau label dalam menerapkan strategi bagi musisi.
Menanggapi peran musik di TikTok, Mahwari Sadewa Jalutama selaku Country Head of Operations TikTok Indonesia, menekankan bahwa musik adalah tulang belakang konten di TikTok. Dia berharap TikTok dapat terus berkolaborasi dengan para pelaku industri untuk mengoptimalkan konten musik di TikTok, serta bekerja sama dengan penyelenggara/promotor acara musik.
"Sebagai penyedia platform konten, tentunya TikTok tergantung pada komunitas kreator, sehingga TikTok sangat mendukung dan memberi ruang kepada kreator yang ingin mengembangkan karier musiknya," ucap pria yang biasa disapa Tama itu.
Pendiri label musik Demajors, David Karto, setuju bahwa dengan adanya platform musik digital, semua jenis musik dan musisi punya akses yang sama dalam meraih pendengar. Tidak masalah apakah musisi atau genre musiknya masuk kategori mainstream atau independen.
"Musik Indonesia sekarang sudah bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Makanya, penting untuk menghadirkan musisi lokal, dan memberi kesempatan prime time bagi artis pendatang baru di acara musik," kata penggagas Synchronize Festival itu.
Platform streaming musik sebagai cerminan tren di media sosial disoroti oleh Artist Promotions Lead Resso Indonesia, Matthew Tanaya. Matthew mencontohkan, lagu yang sedang naik daun di TikTok biasanya juga ikut trending di platform streaming.
Kini, sudah mulai terlihat bahwa lagu yang bersaing di daftar putar trending tidak hanya dari Jakarta atau Pulau Jawa saja. "Ini bisa menjadi peluang bagi label untuk merilis lagu baru dengan variasi yang populer di platform streaming. Label juga dapat membangkitkan kembali lagu-lagu lama yang sedang tren, dengan merilis aransemen baru atau melakukan rekaman ulang," ujarnya.
Head of Music and Artist Operations SoundOn Indonesia, Christo Putra, berpendapat ada banyak potensi musisi yang berasal dari kota-kota lain di luar Jakarta dan Jawa. Bahkan, sudah terbukti mereka bisa sukses berkarier di dunia musik. "Sudah waktunya bagi industri untuk terus terbuka dan berkolaborasi agar memberi kesempatan bagi lebih banyak musisi," tutur Christo.
Jurnalis Republika, Indira Rezkisari, mengamati pergeseran perilaku pendengar di era saat ini. Indira mencermati, kehadiran berbagai festival musik meleburkan batasan antargenre, menghadirkan pertunjukan musik dengan musisi lintas genre. Selain dapat mengumpulkan banyak penggemar untuk genre musik tertentu, pilihan acara demikian juga mengajarkan penikmat musik untuk bisa mengapresiasi musik dan musisi dari genre berbeda.
"Pendengar musik Indonesia sekarang lebih berpikiran terbuka atau open-minded dibanding 10 tahun yang lalu. Dulu, penikmat musik masih mengotak-kotakkan genre musik, sekarang selera musik sangat subjektif, tidak dibatasi genre musiknya," ungkap Indira.