AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Twitter diramaikan dengan tagar "Remove Tag BTS" atau "hapuskan tag BTS". Tagar itu merupakan wujud protes Army, penggemar grup K-pop BTS, yang meminta penghapusan tag BTS dari karya solo salah satu anggota grup, Jungkook.
Member termuda BTS itu merilis lagu berjudul "Seven" pada Jumat (14/7/2023), berkolaborasi dengan rapper perempuan asal Amerika Serikat, Latto. Dikutip dari laman Hindustan Times, Selasa (18/7/2023), Army menuding BigHit Entertainment tidak memberi rasa hormat yang seharusnya untuk single debut Jungkook.
Kontroversi muncul terkait kredit lagu "Seven". Jungkook yang punya julukan Golden Maknae alias si bungsu serbabisa ini menggemparkan industri musik dengan "Seven". Lagu tersebut terus menjadi pembicaraan, baik di antara penggemar maupun non-penggemar BTS.
Hanya dalam 2,5 jam, "Seven" melesat ke posisi nomor satu tangga lagu di 100 negara, membuat rekor baru untuk waktu tercepat ke puncak. Hingga hari ini, video musik "Seven" di kanal berbagi video Youtube sudah disimak lebih dari 67 juta kali dan terus bertambah.
Namun, di tengah pencapaian tersebut, kontroversi muncul seputar cara lagu tersebut dikreditkan di platform streaming Spotify. Big Hit Entertainment dan label musik di belakang BTS, Hybe, menghadapi kritik dari Army karena menuliskan kredit BTS.
Army yang marah meramaikan Twitter dengan aneka tag seperti "BigHit Respect Jungkook", "Remove Tag BTS", dan "Untag BTS from Seven". Tagar "Remove Tag BTS" bahkan menjadi tren dengan lebih dari 50 ribu cicitan dan terus bertambah. Army berpendapat bahwa tag BTS tidak perlu dicantumkan, sebab "Seven" bukanlah lagu milik BTS, melainkan lagu solo dari Jungkook.
Sebelum ini, Jungkook menghadirkan lagu "Left and Right" bersama Charlie Puth dan "Dreamers" yang jadi lagu tema Piala Dunia FIFA Qatar 2022. Pada dua lagu itu, juga terdapat kredit BTS namun Army tidak meradang karena menganggapnya lagu kolaboratif.
BigHit dan Hybe perlu membiarkan Jungkook bersinar...lanjutkan membaca>>