AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Musisi Indonesia, Hindia, angkat suara mengenai konsernya yang dianggap beraliran Satanic. Musisi bernama asli Baskara Putra ini memaparkan panjang lebar konsep konser album keduanya, Lagipula Hidup Akan Berakhir (LHAB), di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Membuka penjelasannya lewat sebuah unggahan di feed Instagram @wordfangs, Baskara mengatakan album keduanya ini dibuat karena keputusasaannya pada berbagai masalah generasional yang terangkum dalam empat topik, inflasi, perkembangan teknologi, politik, dan krisis iklim. Dalam bahasa visual khususnya pada cover album Lagipula Hidup Akan Berakhir (LHAB), Hindia ingin mengemas keempat topik itu dengan simbolisme malaikat maut.
Penggunaan simbol malaikat yang biasanya lekat dengan kebaikan, untuk menggambarkan juga bahwa ada berbagai hal yang awalnya dianggap berkah, tapi justru menjadi malapetaka di kemudian harinya. “Contoh, kemajuan teknologi beberapa tahun silam secara tidak langsung memberikan jalan untuk kuasa algoritma media sosial,” ungkap Baskara, lewat unggahannya kemarin, Senin (20/11/2023).
Realisasi bahasa visual dan artistik itu pertama kali dibagikan ke publik secara masif, adalah melalui konser tersebut. Ia mengakui ada miskalkulasi, karena tidak memberikan konteks dan penjelasan yang menyeluruh terhadap unsur bahasa visual dan arahan artistik yang digunakan dalam konser "Lagipula Hidup Akan Berakhir (LHAB)".
“Terlebih, simbol-simbol yang digunakan tidak lazim untuk penggambaran isu yang saya angkat. Oleh karena itu, saya meminta maaf terhadap kegaduhan yang terjadi beberapa hari belakangan ini,” ujar Baskara yang memasang profil Instagram dengan tulisan "From The River to The Sea" itu, menunjukkan dukungannya pada Palestina.
Baskara juga menegaskan bahwa dirinya tidak ada niat sama sekali untuk menghasut, mengajak, atau menyebarkan ajaran tertentu, apalagi aliran Satanic yang dituduhkan padanya. Potongan video yang viral, juga dianggapnya tidak kontekstual jika hanya diambil sepotong, padahal itu harus menyeluruh.
Karena konsep album memang menyoroti soal malaikat maut, Baskara mengaku terinspirasi dari literatur atau mitologi four horsemen of the apocalypse. Serta terinspirasi juga dari beberapa karya populer seperti vampir dalam serial “Midnight Mass”, Malaikat Gabriel dalam film Constantine, dan Gabriel palsu dalam serial analog horor “Mondela Catalogue".
Kemudian terkait lagu “Matahari Tenggelam” di mana liriknya yang ramai dikritik, menceritakan soal cyberbullying dan mentalitas berkelompok orang-orang di internet. Konteks dari lagu ini juga dapat dilihat dalam video lirik “Matahari Tenggelam” sebelum lagu dimulai, ada pada channel Youtube Hindia.
“Lagu ini saya tulis dalam puncak kebencian saya terhadap internet pasca-bullying yang menargetkan saya sebelumnya. Kalimat yang dipermasalahkan ‘ku doakan kita semua masuk neraka’, ini merupakan kiasan ekstrem yang menggambarkan rasa sakit hati dan keinginan saya agar semua orang yang gagah di balik kaca (media sosial) merasakan ‘neraka’ yang saya rasakan tiap kali dicerca ramai-ramai,” kata dia.
Mengenai visual berbentuk segitiga hanya sebagai kebutuhan estetik semata, dan gestur tangan membentuk tanduk hanya ekspresi artistiknya saja di atas panggung. Baskara telah memaparkan semua penjelasannya secara detil dalam unggahannya.
“Sekali lagi saya memohon maaf atas kegaduhan yang terjadi. Terima kasih,” ujarnya mengakhiri.
Sebelumnya, jagat maya dihebohkan dengan sejumlah video konser album Hindia bertajuk Lagipula Hidup Akan Berakhir (LHAB) di Jakarta, pada 30 September 2023. Video-video tersebut baru ramai diperbincangkan pada pertengahan November 2023 ini, yang menganggap Hindia menganut aliran Satanic.
Tuduhan ini berawal dari sebuah video fancam yang menyoroti Hindia membawakan lagu “Matahari Tenggelam”. Kemudian ada sebuah patung di belakangnya yang disebut-sebut mirip Baphomet, sembari para personel Hindia mengenakan penutup mata.
Warganet pun ramai menyebut patung itu merupakan simbol para penganut aliran Satanic. Jika menilik lirik pada lagu-lagu Hindia di album keduanya itu, memang kebanyakan bertema kematian hingga ada satu judul lagu “Bunuh Idolamu”.
Namun para penggemar Hindia yang telah lama mengikuti band tersebut, mengatakan bahwa Hindia memang sudah sejak dulu memiliki lirik-lirik lagu yang penuh dengan makna tersirat. Bahkan, lirik-lirik di album kedua Hindia ini dianggap seperti pemujaan setan.
“Well... gue udah bilang, gue bukan tim production-nya, tapi itu kayak simbolisasi akhir zaman plus dibikin hiperbola aja, biar kesannya dark. Atau kalau nggak salah tig malaikatnya itu ada maknanya, gue lupa ada di podcast mana,” ungkap seorang warganet @eden***.
Tetapi warganet ada juga yang mengatakan bahwa mereka bukan mempermasalahkan lagu-lagu Hindia, melainkan konsep yang diusung pada konser tersebut. “Gue di sini nggak bahas lirik ya. Lebih ke konsep yang ditampilin. Lo mau dalih konsep yang sebagimana rupanya kalau itu secara gamblang segitiga mata satu, baphomet? Konsep malaikat? Malaikat mana yang ada segitiga mata satu begitu bang?” kata warganet @azk***.
“Gue juga pendengar lagu Hindia, gue bisa memahami semua lirik dan makna dari lagunya, tapi nggak dengan apa yang ditampilin pas konser kemaren,” ujar dia lagi.
“Banyak yang bilang ‘cuman gimmick doang kok’. Yekan semuanya juga dimulai dari gimmick ntar lama lama malah dinormalisasikan! Apalagi mirisnya banyak fans mereka yang Islam tapi malah ngenormalin ini,” ujar akun @monk***.