AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Seorang ibu bernama Kristel Candelario (32 tahun) asal Ohio, Amerika Serikat, tega meninggalkan bayinya, Jailyn, berusia 16 bulan selama 10 hari sampai mati kelaparan. Candelario meninggalkan putrinya untuk berlibur musim panas ke pantai Puerto Rico bersama teman prianya.
Bayi Jailyn ditemukan dalam kondisi tewas dengan kasur penuh kotoran dan urine 10 hari kemudian, saat Candelario pulang. Hasil autopsi menyatakan tewasnya Jailyn karena kelaparan dan dehidrasi akut.
Candelario dijatuhi hukuman seumur hidup atas perbuatannya tanpa bebas bersyarat. Saat menjatuhkan hukuman pada hari Senin, (25/3/2024), Hakim Pengadilan Umum Wilayah Cuyahoga, Brendan Sheehan, tampak sedih.
Sambil menangis, dia mengatakan Candelario melakukan “pengkhianatan terbesar” dengan membiarkan putrinya kelaparan. Candelario akan menghabiskan sisa hidupnya di penjara setelah mengaku bersalah atas pembunuhan berat dalam kematian putrinya yang berusia 16 bulan karena kelaparan.
“Sama seperti Anda tidak membiarkan Jailyn keluar dari boks-nya, Anda juga harus menghabiskan sisa hidup Anda di sel tanpa kebebasan,” kata hakim, seperti dilansir laman NY Post, Rabu (27/3/2024).
"Satu-satunya perbedaan adalah penjara setidaknya akan memberimu makan dan memberimu minum," ujar sang hakim.
Berbohong dan mengaku depresi
Di samping itu, Candelario sempat berbohong saat dimintai keterangan oleh kepolisian terkait kematian Jailyn. Ini terlihat dalam video bodycam, di mana dia tanpa sedikitpun raut wajah bersalah mencoba berbohong dan menyebut anaknya meninggal karena sering menolak makan.
Dia mengaku masih bersama Jailyn pada Juni 2023. Padahal sebenarnya terbang ke Detroit dan Puerto Rico, dan ada bukti foto dirinya tengah berada di pantai sambil tersenyum.
Pada saat yang sama, putrinya meninggal saat sendirian di rumah di Ohio. Sang ibu tidak menunjukkan banyak emosi saat berbohong. Ketika Candelario kembali ke rumahnya 10 hari kemudian, Jailyn sudah tewas dan dia menelepon kontak darurat 911.
“Dia tidak makan, hanya dengan susu, dia menolak, mungkin karena dia tidak makan dua hari sebelumnya,” kata Candelario sebelum mengangkat bahunya, seperti yang terlihat dalam video yang pertama kali diperoleh Law&Crime.
“Tapi menakutkan, karena saya berkata, ‘Ya Tuhan, kita harus ke rumah sakit karena dia tidak makan apa pun,”’ ujarnya.
Candelario dengan santai mengatakan bahwa putrinya, yang terbiasa tidur 12 jam setiap malam, tidak pernah bangun lagi pada pagi hari tanggal 16 Juni. Petugas polisi menyela sang ibu dan menanyakan apa yang terjadi malam sebelumnya.
Lagi-lagi Candelario berbohong dan mengeklaim bahwa dia baru saja mandi ketika mendengar putrinya tiba-tiba menjerit. Ia menduga anaknya kesakitan dan tidak tahu penyebabnya. "Aku melihatnya pagi dan dia terlihat sangat kurus kering," ujarnya.
Candelario meninggalkan balitanya sendirian di rumah mereka di Cleveland untuk pergi berlibur. Tidak dijelaskan mengapa ia tidak meminta bantuan siapa pun untuk menjaga Jailyn.
Dia mengaku bersalah bulan lalu atas pembunuhan berat ini. Hal itu jadi bagian dari kesepakatan pembelaan yang membatalkan dua tuduhan pembunuhan tambahan serta tuduhan penyerangan yang kejam.
Candelario mengaku berjuang melawan depresi dan masalah kesehatan mental lainnya. Diakuinya di pengadilan bahwa dia telah berdoa setiap hari untuk meminta pengampunan.
“Saya sangat terluka atas semua yang terjadi. Saya tidak mencoba untuk membenarkan tindakan saya, tapi tidak ada yang tahu seberapa besar penderitaan saya dan apa yang saya alami,” kata dia.