Selasa 08 Oct 2024 13:55 WIB

Dua Ilmuwan AS Raih Nobel di Bidang Kedokteran atas Penemuan MicroRNA

Penemuan ilmuwan ini pada akhirnya mengungkap dimensi baru pada regulasi gen.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Ilmuwan (ilustrasi). Dua ilmuwan asal Amerika Serikat, Victor Ambros dan Gary Ruvkun, meraih Nobel di bidang fisiologi dan kedokteran atas penemuan microRNA.
Foto: Dok. Freepik
Ilmuwan (ilustrasi). Dua ilmuwan asal Amerika Serikat, Victor Ambros dan Gary Ruvkun, meraih Nobel di bidang fisiologi dan kedokteran atas penemuan microRNA.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Dua ilmuwan asal Amerika Serikat, Victor Ambros dan Gary Ruvkun, meraih Nobel di bidang fisiologi dan kedokteran atas penemuan microRNA. Ini merupakan potongan-potongan kecil materi genetik yang berfungsi sebagai saklar on-off dalam sel, yang membantu mengontrol fungsi sel dan menentukan kapan sel melakukan tugas-tugasnya.

Menurut panel Nobel di Stockholm, penemuan ini sangat penting untuk memahami bagaimana organisme berkembang dan berfungsi. MicroRNA bahkan membuka peluang besar dalam pengembangan pengobatan penyakit seperti kanker.

Baca Juga

Ambros dan Ruvkun awalnya tertarik mempelajari gen yang mengatur waktu perkembangan genetik, memastikan sel-sel berkembang pada waktu yang tepat. “Penemuan mereka pada akhirnya mengungkap dimensi baru pada regulasi gen, yang penting untuk semua bentuk kehidupan yang kompleks,” kata panel Nobel seperti dilansir AP, Selasa (8/10/2024).

RNA dikenal sebagai pembawa instruksi dari DNA untuk membuat protein di dalam sel. Namun, microRNA tidak menghasilkan protein, melainkan berperan mengontrol aktivitas gen yang menentukan kapan protein tersebut diproduksi.

Pada tahun lalu, nobel kedokteran diberikan kepada para ilmuwan yang menemukan cara memanipulasi salah satu jenis RNA, yang dikenal sebagai messenger RNA atau mRNA, yang kini digunakan untuk membuat vaksin Covid-19. Penemuan revolusioner Ambros dan Ruvkun pada awalnya dilakukan pada cacing. Mereka berusaha mengidentifikasi mengapa beberapa jenis sel tidak berkembang pada dua jenis cacing mutan yang biasa digunakan sebagai model penelitian di bidang sains.

“Penemuan terobosan mereka mengungkapkan prinsip regulasi gen yang benar-benar baru yang ternyata penting bagi organisme multiseluler, termasuk manusia. Mekanisme tersebut telah ada selama ratusan juta tahun dan memungkinkan evolusi organisme yang kompleks,” demikian menurut panel Nobel.

Ambros, yang saat ini menjadi profesor ilmu pengetahuan alam di University of Massachusetts Medical School, melakukan penelitian ini di Universitas Harvard. Penelitian Ruvkun dilakukan di Rumah Sakit Umum Massachusetts dan Harvard Medical School, di mana dia adalah seorang profesor genetika.

Bagi Ruvkun, hadiah Nobel ini merupakan penghargaan yang tidak ternilai dan akan mengubah hidupnya. “Hadiah Nobel adalah pengakuan yang sangat bernilai. Nobel benar-benar memengaruhi hidup orang yang menerimanya,” kata dia.

Ambros sendiri mengaku tidak menyangka mendapatkan penghargaan ini, mengingat Komite Nobel sudah mengakui penelitian RNA dalam penghargaan tahun 2006 yang diberikan kepada dua temannya, Andrew Fire dan Craig Mello. “Ini menunjukkan betapa pentingnya penemuan tak terduga yang berasal dari rasa ingin tahu dalam pengetahuan dasar yang didanai oleh uang pajak. Ini adalah pesan yang sangat penting, mungkin pesan yang paling penting, bahwa investasi ini benar-benar membuahkan hasil,” jelas dia.

Mengapa microRNA penting?

Studi tentang microRNA telah membuka pendekatan untuk mengobati penyakit seperti kanker karena membantu mengatur bagaimana gen bekerja dalam sel manusia, menurut dr Claire Fletcher, seorang dosen onkologi molekuler di Imperial College London. Fletcher mengatakan, microRNA dapat membantu dalam mengembangkan obat, dan juga sebagai indikator penyakit yang mungkin terjadi, dengan melacak tingkat microRNA di dalam tubuh.

“Jika kita mengambil contoh kanker, kita akan memiliki gen tertentu yang bekerja lembur, gen tersebut mungkin bermutasi dan bekerja secara berlebihan. Para ilmuwan mungkin suatu hari nanti akan dapat menggunakan microRNA untuk menghentikan efek tersebut,” kata Fletcher.

Seorang ahli genetika di Cambridge University, Eric Miska, mengatakan bahwa penemuan Ambros dan Ruvkun sangat mengejutkan dunia ilmiah, karena potongan kecil RNA seperti itu sebelumnya tidak pernah diketahui. Fragmen-fragmen kecil RNA – setidaknya ada 800 dalam genom manusia - kemudian ditemukan memainkan peran penting dalam bagaimana tubuh kita berkembang. Miska mengatakan saat ini sedang dilakukan penelitian mengenai peran microRNA dalam penyakit menular seperti hepatitis, serta mungkin juga dapat membantu dalam mengobati penyakit saraf.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement