Selasa 15 Apr 2025 23:51 WIB

Gawai Bisa Picu 'Autisme Virtual' pada Balita, Jangan Sepelekan!

Autisme virtual menyebabkan anak mengalami gangguan kesulitan komunikasi sosial.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Anak kecanduan gadget (Ilustrasi). Penggunaan gawai secara berlebihan pada anak usia 1-3 dapat mengembangkan pola perilaku yang menyerupai gejala autisme.
Foto: Republika.co.id
Anak kecanduan gadget (Ilustrasi). Penggunaan gawai secara berlebihan pada anak usia 1-3 dapat mengembangkan pola perilaku yang menyerupai gejala autisme.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Penggunaan gawai secara berlebihan pada anak usia 1-3 tahun memunculkan kekhawatiran baru terkait perkembangan perilaku. Beberapa penelitian dan observasi menunjukkan anak-anak pada rentang usia ini yang terpapar gawai dalam durasi yang panjang dan tanpa pengawasan yang memadai dapat mengembangkan pola perilaku yang menyerupai gejala autisme. 

“Ini istilah betulan yang ada di literatur, pola perilakunya mirip autisme,” kata dokter spesialis anak dr Amanda Soebadi pada Selasa (15/4/2025).

Baca Juga

Autisme virtual menyebabkan anak mengalami gangguan kesulitan komunikasi sosial, perilaku repetitif dan perilaku yang tidak lazim. Meskipun intensitas gejala autisme virtual bisa sampai memenuhi kriteria diagnosis autisme, namun, ia berbeda dengan autisme.

Jika paparan gawai dikurangi, gejala bisa membaik secara cepat, seperti kontak mata saat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi wajah. Amanda menambahkan bahwa anak usia 1-3 tahun yang terpapar gawai bisa mengalami kekurangan pengalaman komunikasi dan pengalaman sosial yang sebenarnya.

“Dia bisa menunjukkan perilaku autisme kalau misalnya dipanggil tidak merespon, kontak matanya kurang, ekspresi wajah kurang atau tidak sesuai. Itu karena kurang atau salah stimulasi,” ujar Amanda.

Jika anak dengan autisme virtual menunjukkan perubahan setelah mengurangi penggunaan gawai, kondisi yang berbeda terjadi pada anak dengan autisme. Dia memiliki preferensi terhadap sifat berulang yang ada pada permainan gawai sehingga bisa memuaskan kecenderungan keinginan melakukan hal yang berulang atau repetitif.

Meskipun penggunaan gawai sudah dikurangi, sifat autistik tersebut tetap ada. “Perilaku autistik masih akan tetap ada walau gawai itu sebagai faktor lingkungan bukan sebagai modifier (pengubah). Bisa saja anak dengan autisme ini mungkin perilaku ada perbaikan sedikit, tapi, sifat autistik masih akan tetap ada,” kata Amanda.

Amanda juga mengatakan faktor genetik berperan penting sebagai penyebab autisme. Seseorang memiliki risiko sembilan kali lebih besar ketika dia memiliki saudara kandung yang mengalami gangguan spektrum autisme (GSA).

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement