Masalah efek plasebo dalam penelitian olahraga
Gambaran yang lebih kompleks muncul dari uji klinis. Meskipun ratusan studi menunjukkan bahwa olahraga dapat meningkatkan gejala kesehatan mental, penelitian ini memiliki kelemahan mendasar: partisipan selalu tahu apakah mereka sedang berolahraga atau hanya duduk diam.
Berbeda dengan studi obat-obatan di mana pasien menerima pil yang terlihat identik, tidak mungkin menyembunyikan apakah seseorang sedang berlari di treadmill atau tidak melakukan apa-apa. Ini menciptakan apa yang peneliti sebut sebagai "ekspektasi hasil" yaitu ketika orang berharap olahraga akan membantu karena itulah yang telah mereka dengar sepanjang hidup mereka.
Dalam satu analisis yang meneliti gejala ADHD pada anak-anak, peneliti memperkirakan bahwa sekitar setengah dari manfaat olahraga berasal dari aktivitas itu sendiri, sementara setengah lainnya berasal dari faktor kontekstual seperti program manajemen perilaku. Ketika peneliti membandingkan program olahraga dengan aktivitas yang sama-sama menarik seperti seni dan kerajinan, keuntungan kesehatan mental dari olahraga seringkali menghilang atau menyusut secara dramatis.
Sebagian besar studi olahraga juga tidak memenuhi standar penelitian medis, berlangsung kurang dari enam bulan dengan kurang dari 100 partisipan, padahal pedoman FDA merekomendasikan mengikuti 100–300 orang hingga dua tahun. Ekspektasi hasil ini dapat "menipu" orang untuk percaya bahwa olahraga akan meningkatkan kesehatan mental mereka.
Lebih penting daripada kardio
Penemuan yang paling membuka mata mungkin melibatkan bagaimana, di mana, dan dengan siapa orang berolahraga. Studi tentang anak-anak dengan ADHD menemukan bahwa program aktivitas fisik hanya berhasil setelah peneliti menambahkan intervensi psikologis seperti manajemen perilaku dan sistem penghargaan — perawatan yang secara mandiri mengurangi gejala ADHD.
Mahasiswa yang berpartisipasi dalam olahraga kelompok menunjukkan kesehatan mental yang lebih baik daripada yang berolahraga sendiri, terlepas dari seberapa banyak mereka benar-benar bergerak. Program ekstrakurikuler dengan staf yang lebih terlatih menghasilkan hasil kesehatan mental yang lebih baik pada anak-anak, terlepas dari aktivitas fisik yang terlibat.
Beberapa studi juga mengungkapkan hubungan berbentuk "U" antara olahraga dan kesehatan mental: beberapa aktivitas lebih baik daripada tidak sama sekali, tetapi tingkat yang sangat tinggi justru dapat memperburuk hasil psikologis. Pola ini muncul di berbagai ukuran depresi, kecemasan, dan kesehatan mental lainnya.
Memikirkan kembali olahraga sebagai obat kesehatan mental
Tim peneliti berpendapat bahwa memperlakukan olahraga sebagai obat penyembuh semua masalah kesehatan mental dapat mengalihkan perhatian dari penanganan krisis kesehatan psikologis yang sebenarnya. Faktor sosial seperti stabilitas ekonomi, keamanan perumahan, dan akses layanan kesehatan kemungkinan besar jauh lebih penting daripada kebiasaan berolahraga individu.
Seperti yang dinyatakan oleh para peneliti, "Sama seperti kurangnya aktivitas fisik tidak menyebabkan krisis kesehatan mental sebesar ini, aktivitas fisik juga tidak akan menyelesaikan krisis kesehatan mental kita".
Para profesional kesehatan mental secara rutin meresepkan olahraga, perusahaan asuransi mempromosikan keanggotaan gym sebagai manfaat kesehatan, dan kampanye kesehatan masyarakat mendorong aktivitas fisik sebagai solusi psikologis. Namun, jika pekerjaan rumah tangga, gerakan terkait pekerjaan, dan perjalanan tidak memberikan manfaat yang sama dengan olahraga rekreasi, rekomendasi ini mungkin sama sekali meleset dari sasaran.
Para penulis menyarankan untuk mengakui bahwa konteks sangat penting dalam hal olahraga; tidak semua aktivitas fisik memberikan manfaat yang sama, dan olahraga bekerja paling baik sebagai bagian dari strategi kesehatan mental yang komprehensif daripada sebagai perbaikan stand-alone. Daripada meninggalkan olahraga sama sekali, memahami batasannya mungkin menjadi kunci untuk membuka potensi sebenarnya bagi kesehatan psikologis.
