Dalam studi ini, para pasien diberikan Paxlovid dan plasebo secara acak. Tim peneliti lalu memantau kemunculan kembali gejala Covid-19 pada para pasien. Hasilnya, sekitar 10-16 persen pasien Covid-19 akan mengalami kembali gejala Covid-19, terlepas dari ada atau tidaknya pemberian Paxlovid.
"(Kemunculan kembali gejala Covid-19) kemungkinan merefleksikan perkembangan alami penyakit Covid-19," ujar FDA.
Sejauh ini, penggunaan Paxlovid hanya ditujukan pada pasien Covid-19 dewasa yang berisiko tinggi. Alasannya, beragam data menunjukkan bahwa pemberian Paxlovid tak memberikan efek berarti pada orang dewasa yang sudah maupun belum divaksinasi.
Akan tetapi, pemberian Paxlovid pada orang dewasa yang sudah dan belum divaksinasi bisa memberikan manfaat signifikan. Pemberian obat ini dapat menurunkan risiko perawatan di rumah sakit dan kematian sebesar 60-85 persen, bergantung pada kondisi tiap pasien.
Mengingat ada beragam faktor yang dapat memengaruhi efektivitasnya, tim ahli menilai pemberian Paxlovid harus dilakukan berdasarkan penilaian kasus per kasus. Tim ahli juga menilai perlu adanya perhatian lebih terhadap kemungkinan risiko interaksi obat yang berbahaya antara Paxlovid dan obat lain.