Para peneliti menemukan pasien rawat inap yang diresepkan antibiotik dua kali lebih mungkin meninggal dalam waktu 30 hari dibandingkan mereka yang tidak diberi antibiotik. Ini ditemukan para peneliti setelah memperhitungkan faktor-faktor seperti jenis kelamin, usia, tingkat keparahan sakit dan penyakit yang mendasari di antara pasien.
Baik pasien yang lebih sakit maupun mereka yang memiliki penyakit yang lebih mendasar lebih mungkin mendapatkan antibiotik dan meninggal, catat tim peneliti. Mereka mengatakan faktor lainnya seperti status merokok pasien juga bisa berperan.
"Dokter harus berani tidak memberikan antibiotik daripada meragukan dan memberikan antibiotik sekadar untuk berjaga-jaga," kata Hovind, dikutip Reuters.
Namun, ada keterbatasan penelitian retrospektif seperti ini. Itu sebabnya uji klinis, yang belum lama ini dimulai oleh Hovind dan rekannya, diperlukan untuk menentukan apakah pasien yang dirawat di rumah sakit dengan infeksi pernapasan biasa harus diobati dengan antibiotik.