Senin 27 Mar 2023 13:30 WIB

Antibiotik tidak Manjur untuk Bantu Pasien Selamat dari Infeksi Virus

Data terbaru menunjukkan terjadinya pemberian antibiotik yang berlebihan.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Reiny Dwinanda
Obat-obatan (Ilustrasi). Pada puncak pandemi Covid-19, antibiotik diresepkan untuk sekitar 70 persen pasien Covid-19 di beberapa negara. Covid-19 merupakan penyakit infeksi virus SARS-CoV-2. Penderitanya tidak memerlukan antibiotik.
Foto:

Para peneliti menemukan pasien rawat inap yang diresepkan antibiotik dua kali lebih mungkin meninggal dalam waktu 30 hari dibandingkan mereka yang tidak diberi antibiotik. Ini ditemukan para peneliti setelah memperhitungkan faktor-faktor seperti jenis kelamin, usia, tingkat keparahan sakit dan penyakit yang mendasari di antara pasien.

Baik pasien yang lebih sakit maupun mereka yang memiliki penyakit yang lebih mendasar lebih mungkin mendapatkan antibiotik dan meninggal, catat tim peneliti. Mereka mengatakan faktor lainnya seperti status merokok pasien juga bisa berperan.

"Dokter harus berani tidak memberikan antibiotik daripada meragukan dan memberikan antibiotik sekadar untuk berjaga-jaga," kata Hovind, dikutip Reuters.

Namun, ada keterbatasan penelitian retrospektif seperti ini. Itu sebabnya uji klinis, yang belum lama ini dimulai oleh Hovind dan rekannya, diperlukan untuk menentukan apakah pasien yang dirawat di rumah sakit dengan infeksi pernapasan biasa harus diobati dengan antibiotik.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement