AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Seiring bertambahnya usia, tubuh manusia berubah baik secara internal maupun eksternal. Ini merupakan faktor utama di balik perubahan tidur yang terjadi pada kemudian hari.
“Seperti kebanyakan hal yang berubah seiring bertambahnya usia, tidak hanya ada satu alasan, dan semuanya saling berhubungan,” kata seorang profesor psikologi di University of Michigan, Cindy Lustig, dikutip dari laman Huffpost, Selasa (9/5/2023).
Lustig mengurasikan alasan utama mengapa hal tersebut terjadi dan apa yang bisa seseorang lakukan jika ingin mendapatkan beberapa jam ekstra untuk beristirahat. Pertama, waktu bangun lebih awal adalah bagian dari proses penuaan alami. Seperti aspek lain dari kesehatan fisik dan mental, otak menjadi kurang responsif seiring bertambahnya usia.
“Saraf otak mungkin tidak merasakan dan memberikan respons yang seharusnya, karena itu adalah otak yang menua," kata Direktur Center for Sleep and Circadian Sciences di University of Arizona Health Sciences, dr Sairam Parthasarathy.
Respons tersebut termasuk matahari terbenam, sinar matahari, makanan, isyarat sosial, dan aktivitas fisik yang membantu menandai di mana Anda berada dalam satu hari. Dengan kata lain, input tersebut membantu otak merasakan posisinya dalam siklus sirkadian 24 jam.
Jadi, untuk orang yang lebih muda, waktu makan malam dapat membantu otak memahami bahwa waktu tidur adalah beberapa jam lagi. Namun untuk seseorang yang lebih tua, hubungan ini mungkin tidak terjadi.
Dia mengatakan, saraf yang seharusnya memberi isyarat waktu pada otak telah mengalami jumlah degenerasi yang sama dengan otak. Ketidakmampuan untuk merasakan isyarat waktu adalah salah satu alasan mengapa orang tua cenderung lelah sebelum anak atau cucu mereka. Pada saat bersamaan, orang tua bangun dengan istirahat penuh dan lebih awal dari orang lain.
Kedua, cahaya yang ditangkap mata juga merupakan bagian dari otak. Lustig mengungkapkan, salah satu alasan hal ini terjadi adalah akibat adanya perubahan penglihatan yang datang seiring bertambahnya usia.
Hal tersebut mengurangi intensitas tingkat rangsangan cahaya yang diterima otak. Otak memainkan peran penting dalam mengatur jam sirkadian dan menjaga tetap pada jalurnya.
Parthasarathy mengatakan, hal ini terutama berlaku untuk penderita katarak, kondisi mata umum yang memengaruhi lebih dari 50 persen orang Amerika berusia 80 tahun ke atas (menurut National Institutes of Health). Katarak menyebabkan penglihatan kabur, penglihatan ganda, dan kesulitan melihat secara umum.
“Jika ada katarak, cahaya malam tidak terlalu masuk ke mata, jadi menurut otak, matahari terbenam lebih awal dari waktu sebenarnya,” kata Parthasarathy.
Kiat yang bisa dilakukan untuk tidur lebih nyenyak
Menurut Parthasarathy, Anda bisa membiarkan diri terkena cahaya terang pada malam hari. Bisa juga berjalan-jalan di luar sebelum matahari terbenam, membaca buku di iPad yang cerah, membeli lampu buatan untuk rumah, atau menonton TV di layar yang terang.
"Cahaya terang ini akan memberi tahu otak bahwa matahari belum terbenam, yang akan menahan produksi melatonin," kata dia.
Untuk membantu diri Anda begadang lebih lama (dan akibatnya tidur lebih lama), Parthasarathy menyarankan Anda mencoba hal-hal tersebut 30 hingga 60 menit sebelum matahari terbenam. Lustig menambahkan, olahraga dapat membantu Anda mendapatkan tidur yang lebih baik. Matahari pagi dapat membantu jam sirkadian mengikuti isyarat matahari terbit dan terbenam.