AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Penumpang termuda yang pernah menjelajahi reruntuhan kapal Titanic menceritakan pengalamannya yang berbahaya. Cerita ini muncul setelah terjadinya tragedi kapal selam OceanGate.
Kala itu, Sebastian Harris baru berusia 13 tahun saat melakukan perjalanan penyelaman 12.500 kaki bersama ayahnya, pemimpin ekspedisi Titanic G Michael Harris dalam kapal selam Rusia Mir II. Dia mengaku pingsan selama perjalanannya pada 2005 silam. Pengalaman tersebut tidak pernah dia lupakan karena telah mengancam jiwanya.
Selama perjalanan yang memakan waktu 12 jam, dia kehilangan kesadaran setelah adanya masalah keamanan. “Tiba-tiba kadar oksigen kami mulai turun dan saya jatuh pingsan saat kami menyelam,” kata Harris dikutip dari laman People, Senin (26/6/2023).
Untungnya, kondisi ini tidak memengaruhi ayah Harris dan penumpang lain. Sebab, jika iya, mungkin akan berakibat fatal.
“Syukurlah kami memiliki pengukur oksigen di dalam kapal selam yang menunjukkan kadar oksigen,” ujarnya.
Bahaya ini terjadi secara teratur dalam perjalanan ke bangkai kapal. Dia memperingatkan tentang risiko perjalanan yang dia tempuh berbahaya.
“Sertifikasi dan keamanan kendaraan ini sangat penting. Kegiatan ini pada dasarnya berbahaya,” ujarnya.
Pada Kamis (22/6/2023), kapal selam Titan yang menghilang pada 17 Juni diyakini telah meledak dan merenggut semua nyawa penumpang. Mereka adalah Shahzada dan Suleman Dawood, CEO OceanGate Stockton Rush, pilot Hamish Harding dan ahli Titanic Paul-Henri Nargeolet.
Peringatan Harris tentang risiko perjalanan Titanic muncul setelah pemodal Las Vegas Jay Bloom dan putranya Sean Bloom memberi tahu bahwa mereka menolak melakukan perjalanan karena khawatir tentang keselamatan kapal.
“Saya memberi tahu (ayah saya), 'Kapal selam ini tidak dapat bertahan hidup sedalam itu di lautan'. Saya khawatir karena saya tidak berpikir kapal selam dapat menahan tekanan semacam itu,” kata Sean.
Dia dan temannya Simon yang juga mengkhawatirkan keselamatan Titan, mulai melihat lebih dekat kapal selam yang akan mereka masuki.
“Itu kapal selam kecil dengan lima orang penumpang berdesakan di dalamnya. Rasanya sangat tidak aman. Sesuatu memberi tahu saya bahwa jangan pergi,” ucapnya.