AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Kapal selam OceanGate Titan meledak pada bulan lalu dalam perjalanannya menuju reruntuhan kapal Titanic di kedalaman 12.500 kaki. Tak banyak yang tahu, persentase keberhasilan Titan berada di kedalaman itu hanya 14 persen dari percobaannya.
Tingkat keberhasilan dijabarkan dalam empat halaman pembebasan tanggung jawab penumpang perusahaan. Itu harus ditandatangani oleh keempat penumpang yang tewas di kapal selam bersama dengan CEO OceanGate Stockton Rush.
Selama akhir pekan, dijelaskan bahwa Titan berhasil menyelesaikan sedikitnya 13 penyelaman dari 90 penyelaman ke Titanic. Dokumen tersebut memperingatkan bahwa para tamu dapat mengalami tekanan ekstrem, kondisi tidak dapat diprediksi, dan gas bertekanan tinggi serta sistem listrik bertegangan tinggi.
Dilansir New York Post, Selasa (11/7/2023), OceanGate mengatakan di situs arsipnya bahwa mereka telah menyelesaikan lebih dari 14 ekspedisi dan 200 penyelaman di Atlantik, Pasifik, dan Teluk Meksiko menggunakan dua kapal selam—dan pertama kali berhasil mencapai Titanic pada tahun 2021, menurut outlet tersebut.
Seperti diberitakan sebelumnya, Titan meledak pada Ahad (18/6/2023). Ledakan itu menewaskan Rush (61 tahun), pakar Titanic Prancis Paul-Henri Nargeolet (77 tahun), miliarder Inggris Hamish Harding (58 tahun), pengusaha terkemuka Pakistan Shahzada Dawood (48 tahun), dan putranya berusia 19 tahun, Sulaiman Dawood.
Penumpang membayar 250 ribu dolar Amerika Serikat (AS) (sekitar Rp 3,7 miliar) untuk kesempatan melihat sekilas Titanic di kapal selam sepanjang 22 kaki (sekitar 6,7 meter) itu. OceanGate mengumumkan bahwa mereka telah menangguhkan semua operasi eksplorasi dan komersial setelah tragedi ini.
Mantan direktur operasi kelautan OceanGate David Lockridge mengatakan, dia menemukan kurangnya pengujian non-destruktif yang dilakukan di lambung kapal selam Titan. Namun, dia dipecat setelah mengemukakan kekhawatiran itu, menurut sebuah gugatan.
Masyarakat Teknologi Kelautan kemudian mengirim surat ke OceanGate, memperingatkan bahwa desain eksperimental dan penolakannya untuk mengikuti protokol keselamatan yang diterima industri dapat menyebabkan hasil “bencana”. Sementara itu, pakar laut dalam Rob McCallum juga menyuarakan keprihatinannya tentang sistem Titan yang menggunakan Bluetooth.
“Setiap kapal selam di dunia memiliki kontrol bawaan karena suatu alasan—bahwa jika sinyalnya hilang, Anda tidak akan kacau,” kata McCallum kepada New Yorker.