Prof Evy menyebut, kalimat tersebut tidak hanya pengingat ketika pandemi dulu banyak sekali misinformasi, tetapi juga bisa dijadikan pegangan untuk ke depannya. Apalagi, teknologi telah membuat manusia hidup dalam keberlimpahan informasi yang tersebar di dunia maya.
"Banyak hal yang kita pikirkan itu tidak sesuai dengan kenyataan dan bahkan banyak berubah. Di Indonesia, tiba-tiba publikasi meningkat dari mana-mana. Apa yang kita percaya sekarang belum tentu benar berikutnya," ujar Prof Evy.
Mungkin banyak yang beranggapan dalam kondisi seperti ini kemampuan menggunakan logika adalah terpenting. Faktanya di lapangan, berpikir logis saja tidak cukup, misalnya, mengenai penggunaan obat off-label.
Ini merupakan penggunaan obat di luar indikasi yang tertera dalam label atau di luar persetujuan oleh lembaga yang berwenang. Ketika pandemi kemarin, ramai info di media sosial bahwa obat cacing ivermectin disebut-sebut mampu menyembuhkan Covid-19, padahal kenyataannya tidak seperti itu.
"Yang menjalani pandemi kemarin, lalu banyak menerima kelimpahan informasi, buku ini memberikan semua yang terjadi saat pandemi untuk dijadikan acuan," kata Prof Evy.