AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Makan setiap dua jam dengan porsi makan yang lebih kecil digadang baik untuk kesehatan. Metode ini diyakini dapat menjaga kadar gula darah tetap stabil dan membuat rasa lapar lebih terkontrol.
Meski dapat membawa manfaat, metode makan setiap dua jam ternyata tak harus diterapkan oleh semua orang. Menurut ahli gizi Anjali Mukerjee, tak ada satu pengaturan pola makan yang bisa sesuai untuk semua orang.
Metode makan setiap dua jam mungkin bisa bekerja dengan baik untuk sebagian orang. Namun, metode yang sama bisa kurang efektif untuk sebagian orang lainnya.
Menurut Mukerjee, metode makan setiap dua jam umumnya dapat bekerja dengan baik pada individu dengan kondisi metabolik yang stabil. Akan tetapi, metode makan setiap dua jam kurang tepat untuk dijalani oleh orang-orang dengan masalah pencernaan, memiliki dysbiosis usus, mengidap hiperinsulinisme, atau dalam kondisi prediabetes.
Selain itu, metode makan setiap dua jam juga kurang cocok untuk dijalani oleh orang-orang dengan resistensi insulin, tidak aktif secara fisik, atau memiliki masalah sindrom metabolik. Pada kelompok seperti ini, frekuensi makan yang lebih sering dapat memperburuk respons insulin.
"Yang kemudian akan membuat Anda mengalami kenaikan berat badan," jelas Mukerjee, seperti dilansir Indian Express pada Rabu (26/7/2023).
Hal serupa juga disampaikan oleh konsultan senior di bidang gastroenterologi medis dari Dharamshila Narayana Superspeciality Hospital, dr Mahesh Gupta. Pada orang yang tepat, dr Gupta mengatakan metode makan setiap dua jam bisa membantu mengelola berat badan dan menjaga kadar energi tetap stabil.
"Namun orang lain mungkin lebih cocok menjalani metode makan dengan porsi yang lebih besar dan frekuensi yang lebih sedikit," kata dr Gupta.
Menurut Dr Gupta, metode makan setiap dua jam bisa memberikan manfaat bila dijalani oleh orang-orang dengan metabolisme yang cepat, atlet, atau orang-orang yang ingin meningkatkan berat badan. Akan tetapi, metode serupa akan membuat orang-orang dengan metabolisme lambat atau dengan masalah medis tertentu kesulitan untuk mencerna makanan.
Dr Gupta mengatakan, metode makan setiap dua jam juga kerap diisi oleh beragam jenis cemilan. Pemilihan jenis cemilan yang kurang tepat dapat membuat asupan kalori meningkat dan menyebabkan kenaikan berat badan. Mengemil lebih sering juga dapat berkontribusi pada masalah gigi, terlebih bila makanan yang dikonsumsi bergula atau bersifat asam.
"(Metode makan setiap dua jam) juga dapat mengganggu sinyal lapar alami, membuat tubuh lebih sulit untuk mengenali sinyal lapar dan kenyang yang sesungguhnya," kata dr Gupta.
Metode makan setiap dua jam juga sebaiknya dihindari oleh penderita sindrom iritasi usus besar atau Irritable bowel syndrome (IBS). Pada kelompok ini, frekuensi makan yang lebih sering dapat memperparah gejala IBS.
Orang-orang yang ingin mencoba metode makan setiap dua jam sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Selain itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan bila ingin menerapkan metode makan setiap dua jam. Berikut ini adalah lima hal di antaranya:
1. Kontrol porsi makan. Karena frekuensi makan menjadi lebih sering, pastikan porsi makan yang dikonsumsi tidak berlebihan.
2. Seimbang gizi. Pilih jenis makanan yang beragam dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan asupan gizi. Keragaman asupan makan ini sebaiknya terdiri dari buah, sayur, gandum utuh, protein tanpa lemak, dan lemak sehat.
3. Makanan berkualitas. Hindari memilih jenis makanan ultra proses atau mengandung gula berlebih.
4. Perhatikan kebutuhan masing-masing. Dengarkan sinyal lapar dan kenyang yang diberikan oleh tubuh dengan baik.
5. Berdiskusi dengan tenaga kesehatan profesional. Mengubah pola makan sebaiknya dilakukan sesuai dengan kondisi diri. Orang-orang dengan masalah kesehatan tertentu sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan profesional sebelum membuat perubahan pada pola makan.