Sabtu 05 Aug 2023 20:44 WIB

Sebelum Nonton Meg 2: The Trench, Ini Hal yang Perlu Diketahui

Film Meg 2: The Trench akan tayang dengan menyoroti serangan megalodon.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Adegan di film Meg 2: The Trench yang akan tayang di bioskop Indonesia mulai 2 Agustus 2023.
Foto: Dok Warner Bros
Adegan di film Meg 2: The Trench yang akan tayang di bioskop Indonesia mulai 2 Agustus 2023.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Sejak film Jaws karya Steven Spielberg pertama dirilis pada 1975, telah menjadi budaya pop yang cukup disorot. Namun beberapa dekade setelahnya, muncul film bertema "ancaman gigi taring" yang lebih trendi seperti The Shallows, Shark Exorcist, dan The Meg.

Kini, Meg 2: The Trench akan tayang dengan menyoroti megalodon, spesies hiu prasejarah yang berukuran 50 hingga 60 kaki, panjang dan beratnya sekitar 50 ton. Itu lebih dari tiga kali ukuran putih besar modern.

Baca Juga

“Katakanlah Anda berada di dalam perahu dan seekor hiu putih besar setinggi 15 kaki berenang lewat dan kemudian seekor megalodon setinggi 60 kaki berenang lewat. Mana yang akan membuatmu lebih takut?,” kata Steve Alten, yang bukunya pada Meg: A Novel of Deep Terror 1997 menjadi dasar cerita dari Meg.

Dalam Meg pertama, tim penyelam penyelamat Jonas Taylor (Statham) dan para ilmuwan di fasilitas penelitian bawah air, berjuang untuk bertahan hidup ketika hiu terbesar yang pernah ada, muncul dari bagian dalam Palung Mariana dan mendatangkan malapetaka di pantai yang ramai. Sekuelnya, disutradarai oleh Ben Wheatley, meningkatkan bahaya ketika Jonas and Co harus berurusan dengan bukan hanya satu tapi tiga megalodon yang berburu, ditambah makhluk laut raksasa lainnya dari palung itu.

“Lebih besar lebih baik, terutama ketika lebih besar bisa memakanmu utuh daripada menggigitmu,” kata Alten lagi. Sudah banyak penggemar film hiu yang mengakui bahwa Jaws bukan hanya film hiu terbaik, tapi juga film terbaik.

Cuplikan Meg 2 menampilkan meg yang mengunyah T-rex, tetapi pada kenyataannya, dinosaurus sudah punah 65 juta tahun yang lalu dan meg itu menjadi makhluk yang hidup di 23 hingga 26 juta tahun yang lalu. “Tidak seperti hewan lain di mana ahli paleontologi dapat mempelajari seluruh kerangka dan jejak, megalodon cukup sulit, karena hiu jenis ini tidak memiliki tulang (kerangka, terutama tulang rawan) dan yang kami miliki hanyalah gigi mereka,” kata seorang profesor paleoekologi di Universitas California, Merced, Sora Kim.

Kim menggunakan analisis isotop stabil untuk mempelajari kimia gigi, jaringan otot, dan darah untuk membandingkan dan membedakan hewan modern dan fosil. Dia mengatakan megalodon hidup di dunia laut dengan lebih banyak keragaman mamalia laut (termasuk paus, bergigi dan tidak bergigi), ditambah hiu putih besar, dan peneliti telah menemukan bukti cukup mengejutkan bahwa beberapa megalodon berenang tinggi di rantai makanan, sementara yang lain berenang cukup rendah.

“Ada banyak variasi dalam kerampingan meg, yang mirip dengan hiu putih. Pada hiu putih, terdapat bukti spesial sebagai pemilih makanan dan generalis yang oportunis,” ucap Kim.

Salah satu alasan utama mengapa meg punah sekitar 3 juta tahun yang lalu, karena hewan ini terlalu besar. Meskipun menjadi predator puncak terdengar luar biasa, sangat sulit untuk mengimbangi tingkat konsumsi makanannya.

Kim yang merupakan bagian dari penelitian baru-baru ini yang menyebut megalodon yang mirip hiu putih besar modern adalah makhluk endotermik, mengatakan bahwa megalodon juga berdarah panas. “Maka mereka bahkan membutuhkan lebih banyak makanan, lebih banyak kalori untuk mempertahankan tingkat metabolisme itu,” ujar dia.

Masalah fisiologis diperparah oleh masalah ekologis. Megalodon mati pada saat kondisi lautan berubah dengan perubahan iklim, yang memengaruhi distribusi dan ketersediaan mangsa. “Kisah mereka benar-benar menyedihkan, bukan? Itu akan menjadi film yang cukup menyedihkan,” ucap Wheatley.

Tapi Meg 2 juga bersandar pada banyak ilmu film, tapi tidak perlu menganggap film ini terlalu serius. “Ini bukan pelajaran National Geographic,” ujar Kim. 

Alten sering ditanyai apakah megalodon mungkin masih ada di suatu tempat, tapi ia tidak sepenuhnya membantah pernyataan itu. Karena hanya lima persen lautan yang baru dijelajahi manusia, dan kurang dari satu persen kedalamannya. Jadi masih belum diketahui apa yang ada di bawah sana, walaupun para ilmuwan cukup yakin megalodon telah punah.

Jika megalodon ada, Statham dan semua manusia mungkin akan baik-baik saja. Karena Kim berpendapat bahwa megalodon akan menunjukkan perilaku yang mirip dengan Orca yang sangat besar. 

“Hanya karena sesuatu memiliki gigi yang besar, belum tentu membuatnya sekuat dan seseram apa yang digambarkan di Hollywood. Manusia telah menempatkan kepribadian ini pada hiu, tetapi pada kenyataannya, mereka hanya melakukan hal mereka,” kata dia lagi.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement