Rabu 13 Sep 2023 09:44 WIB

Dokter Ungkap Alasan Mayoritas Orang Indonesia Berpotensi Idap Diabetes

Kebanyakan orang Indonesia masih mengonsumsi gula di luar batas anjuran.

Red: Indira Rezkisari
Beragam minuman kemasan manis tertata di rak minimarket. Konsumsi minuman manis tanpa kontrol bisa memicu diabetes.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Beragam minuman kemasan manis tertata di rak minimarket. Konsumsi minuman manis tanpa kontrol bisa memicu diabetes.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Praktisi Kesehatan, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr Andi Khomeini Takdir, mengatakan hampir seluruh masyarakat Indonesia berpotensi memiliki penyakit diabetes melitus. "Orang Indonesia hampir semuanya berpotensi (memiliki diabetes). Kita semua berpotensi, terutama di Indonesia makanan manis merajalela di mana-mana," katanya dalam acara gelar wicara terkait diabetes, yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu (13/9/2023).

 

Baca Juga

Pria yang akrab disapa Dokter Koko itu mengatakan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah merekomendasikan batasan konsumsi gula harian dengan tidak lebih dari 50 gram/hari. Namun menurutnya, masih terdapat sejumlah kalangan masyarakat yang mengonsumsi gula melebihi batas yang dianjurkan oleh Kemenkes.

 

"Dari situlah, mengapa banyak masyarakat Indonesia yang berpotensi memiliki penyakit diabetes," ujarnya.

 

Hal tersebut, menurut Dokter Koko, diperburuk dengan kebiasaan olahraga rutin yang tidak dilakukan oleh semua orang, serta kecanggihan teknologi yang menyebabkan beberapa kalangan menjadi malas bergerak. Selain itu, sambungnya, juga ditambah dengan penyakit diabetes bawaan genetik yang berasal dari keluarga yang memiliki riwayat penyakit diabetes.

 

Kebiasaan makan yang kurang baik, kata dia, juga berpengaruh dalam peningkatan potensi penyakit diabetes di Indonesia. "Di Indonesia, sebagian orang merasa belum makan kalau bukan nasi, akhirnya makan nasi, lauk mi, dan kerupuk. Jadi serba karbo gula. Mulai dari gula kompleks pada nasi, mi, dan diperparah dengan minum teh manis," ucapnya.

Oleh karena itu, sebelumnya Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) RI Dante Saksono Harbuwono mengajak masyarakat untuk menjadi smart eater dengan cara memilah secara cerdas ragam makanan yang akan dikonsumsi guna mencegah dampak buruk obesitas. "Yang diperlukan adalah mendidik masyarakat menjadi smart eater atau cerdas untuk makan. Jadi sebelum dia makan, sebelum beli makanan, dia baca dulu kalorinya berapa, sehingga bisa diperhitungkan dampaknya," kata Wamenkes beberapa waktu sebelumnya.

 

Ia mengatakan, indeks masa tubuh pada anak dapat dihitung dengan rumus membagi berat badan (dalam kilogram) dengan tinggi badan (dalam meter kuadrat) untuk mengetahui status gizi yang didapat. "Kalau indeks masa tubuh dia lebih dari 25, disebut obesitas, kalau 25 sampai 30, dia obesitas 1, dan lebih dari 30 termasuk obesitas 2," katanya.

 

Sedangkan pada dewasa, kata Wamenkes Dante, hal terpenting adalah mengukur lingkar perut. Pada laki-laki tidak boleh lebih dari 90 sentimeter dan perempuan 80 sentimeter.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement