AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Terapi lintah atau hirudoterapi merupakan salah satu pengobatan tradisional yang banyak diminati masyarakat Indonesia. Metode pengobatan yang telah digunakan sejak ribuan tahun lalu ini dipercaya memiliki manfaat medis yang nyata untuk kondisi tertentu.
Dosen IImu Biomedik di Fakultas Kedokteran IPB University, Sera Budi Verinda, mengatakan lintah medis seperti Hirudo medicinalis memang bermanfaat untuk pengobatan. Menurutnya, air liur lintah mengandung berbagai senyawa bioaktif seperti hirudin yang berfungsi sebagai antikoagulan, serta enzim dan peptida yang membantu meningkatkan aliran darah dan mengurangi peradangan.
Dalam praktik modern, hirudoterapi paling banyak diterapkan di bidang bedah plastik dan rekonstruktif, terutama untuk mengatasi kongesti vena setelah prosedur pencangkokan jaringan atau penyambungan bagian tubuh seperti jari dan telinga. Selain itu, terapi ini juga diterapkan dalam pengobatan kelainan pembuluh darah seperti varises dan tromboflebitis. Terkait efektivitasnya, Sera mengatakan bahwa hirudoterapi memberikan manfaat nyata khususnya dalam menangani kongesti vena pascaoperasi rekonstruksi.
"Lintah membantu memulihkan aliran darah ketika aliran vena terganggu, sehingga meningkatkan keberhasilan penyambungan jaringan," kata Sera dalam keterangan tertulis, dikutip pada Rabu (9/7/2025).
la merujuk pada sebuah tinjauan sistematis terhadap 12 studi yang menunjukkan manfaat signifikan dari terapi lintah. Meskipun memang, tetap ada risiko seperti infeksi (26,5 persen) dan nekrosis jaringan (55,9 persen).
Dalam kasus nyeri kronis dan artritis, beberapa uji klinis melaporkan bahwa terapi ini mampu memberikan pereda nyeri hingga 12 bukan pascaaplikasi. Meski begitu, lanjut Sera, prosedur yang dilakukan masih sangat bervariasi dan belum ada protokol baku yang disepakati.
Ia mengungkapkan, bidang kedokteran gigi pun mulai mengeksplorasi potensi terapi ini. Penelitian menunjukkan hirudoterapi dapat membantu memperbaiki kondisi peradangan gusi, mengurangi kedalaman kantong periodontal, serta mempercepat penyembuhan jaringan.
"Akan tetapi, ada sejumlah risiko yang harus diperhatikan, terutama dari bakteri Aeromonas yang hidup di dalam lintah. Oleh sebab itu, penggunaan terapi ini harus dilakukan dengan pengawasan medis ketat, termasuk penerapan sterilisasi tinggi dan antibiotik profilaksis bila diperlukan," kata dia.
Sera juga mengingatkan agar terapi ini tidak diterapkan sembarangan, terutama pada penderita diabetes atau gangguan serebrovaskular, karena bukti ilmiahnya masih terbatas dan inkonsisten. "Secara umum, hirudoterapi bisa menjadi pilihan alternatif saat pengobatan konvensional tidak efektif atau tidak memungkinkan. Tapi pastikan selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum memutuskan menggunakannya," kata dia.