AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Sebagian orang berpendapat bahwa mengucapkan "masya Allah" ketika melihat seseorang atau sesuatu yang dikagumi dapat melindungi orang lain atau pemilik benda tersebut dari penyakit ain. Namun, ada pula orang-orang yang berpendapat bahwa mengucapkan "masya Allah" tidak cukup untuk menangkal penyakit ain.
Ain pada dasarnya merupakan bahasa Arab yang berarti mata jahat atau pandangan jahat. Menurut ulama asal Malaysia, Dr Zulkifli Mohamad Al Bakri, penyakit ain disebabkan oleh pandangan penuh kedengkian atau kekaguman dari orang lain.
"Penyakit ain bisa terjadi atas dasar kedengkian atau rasa kekaguman dari orang yang jahat maupun orang yang alim," ujar Dr Al Bakri, seperti dilansir Maktabah Albakri pada Rabu (13/9/2023).
Untuk mencegah terjadinya penyakit ain pada orang lain, Dr Al Bakri sangat menganjurkan Muslim dan Muslimah untuk mengucap "Barakallahu fiik" (semoga Allah memberkahimu) atau "Tabarakallah" (Maha Suci Allah) ketika melihat sesuatu atau seseorang yang membuat mereka kagum. Di sisi lain, Dr Al Bakri juga menganjurkan Muslim dan Muslimah dari rasa iri serta kedengkian orang lain dengan membaca surat Al Falaq.
Hal senada juga disampaikan oleh Syekh Assim Al Hakeem melalui video yang dia unggah di kanal Youtube pribadinya. Syekh Al Hakeem menganjurkan para Muslim dan Muslimah untuk mengucap "Barakallahu laka" (semoga engkau diberikan keberkahan oleh Allah) atau "Allahumma barik" (Ya Allah, berkahilah) ketika melihat seseorang atau sesuatu yang mengagumkan. Dengan begitu, para Muslim dan Muslimah dapat melindungi orang lain dari paparan penyakit ain.
Meski begitu, bukan berarti ucapan "Masya Allah" tidak bisa menangkal penyakit ain. Menurut Syekh Al Hakeem, ucapan "Masya Allah wa Laahawla wa Laquwwata Illa Billah" juga dapat membantu melindungi orang yang ditatap dan dikagumi dari penyakit ain.
Kalimat tersebut memiliki makna "sungguh semua ini terwujud atas kehendak Allah, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah". Karena itulah, ketika seorang Muslim dipuji oleh orang lain dan orang tersebut mengucapkan "Masya Allah wa Laahawla wa Laquwwata Illa Billah", maka Muslim yang dipuji tidak perlu mengoreksi.
"Anda tidak perlu memberikan (koreksi)," tambah Syekh Al Hakeem.
Syekh Al Hakeem mengungkapkan kalimat "Masya Allah wa Laahawla wa Laquwwata Illa Billah" sebenarnya lebih tepat diucapkan ketika seorang Muslim mengagumi apa yang menjadi miliknya. Sebagai contoh, saat melihat anaknya berprestasi di sekolah atau saat mengagumi mobil yang mereka miliki.
"Jadi ketika saya melihat salah satu anak saya berprestasi baik di sekolah, saya tidak mengatakan Allahumma barik tapi saya mengatakan Masya Allah wa Laahawla wa Laquwwata Illa Billah," ujar Syekh Al Hakeem.
Sedangkan kalimat "Allahumma barik" lebih utama diucapkan ketika seorang Muslim melihat dan mengagumi orang lain atau benda milik orang lain. Meski begitu, tak masalah bila seorang Muslim mengucap "Masya Allah wa Laahawla wa Laquwwata Illa Billah" dalam situasi tersebut.
"Itu juga bisa bekerja (menangkal penyakit ain pada orang atau benda milik orang lain yang dikagumi), insya Allah," ujar Syekh Al Hakeem.