Rabu 04 Oct 2023 10:55 WIB

Tren Sayat Tangan Murid SD di Situbondo dari Mana Berasal?

Tren Tiktok Barcode Korea merupakan tren menyayat tangan untuk membentuk barcode.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Tren sayat tangan (Ilustrasi). Belasan murid SD di Situbondo, Jawa Timur, mengikuti tren di Tiktok bernama Barcode Korea, di mana pengikut tren ini menyayat tangannya hingga menyerupai barcode.
Foto: pixabay
Tren sayat tangan (Ilustrasi). Belasan murid SD di Situbondo, Jawa Timur, mengikuti tren di Tiktok bernama Barcode Korea, di mana pengikut tren ini menyayat tangannya hingga menyerupai barcode.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Publik dihebohkan dengan pemberitaan 11 siswa SD di Situbondo, Jawa Timur, yang menyayat tangan mereka. Perbuatan ini dilakukan karena mengikuti tren di Tiktok. Tren apa yang dimaksud?

Tren tersebut berasal dari sebuah tren bernama Barcode Korea. Mengutip dari berbagai sumber, para guru mengatakan bahwa siswi-siswi tersebut menyayat tangannya menggunakan GDA Stik yang dijual oleh pedagang keliling di sekitar area sekolah.

Baca Juga

Tren Tiktok Barcode Korea merupakan tren menyayat tangan untuk membentuk barcode atau kode batang, dan merasa itu akan mempercantik tangan. Setelah itu, mereka mengunggah di Tiktok dengan hastag #BarcodeKorea.

Ketika tim Republika.co.id mencoba untuk mencari hastag tersebut di Tiktok, kini sudah tidak bisa diakses. Justru menampilkan sebuah pesan dalam Bahasa Inggris berisi ajakan bagi siapa pun yang menemukan seseorang dengan masalah mental agar membantu melaporkan.

Kejadian sayat tangan siswa SD Situbondo terbongkar setelah salah satu guru menyadari ada tangan seorang murid penuh luka sayatan. Setelah diketahui itu karena ikutan tren viral, sekolah pun melakukan geledah ke seluruh kelas dan ditemukan total 11 orang ikut-ikutan tren tersebut. 

Kepala sekolah langsung memberikan pembinaan kepada seluruh siswa siswi, serta melaporkan ke Dispendikbud dan memanggil orang tua para siswi. Namun rupanya, tren ini pernah viral juga dilakukan di Bengkulu Utara pada Maret 2023, bahkan jumlah siswi yang ikut-ikutan mencapai 52 orang.

“Zamanku SMP tahun 2000 dulu juga ada. Ternyata tren itu memang berulang, kayak fashion,” tulis akun @rumahnay***.

Koyo (kayak-Redaksi) jaman SMP ku biyen (dulu-Redaksi) tahun 2015/2016,” tulis akun @mamand***.

Jaman saya SMA dulu itu tahun 1994/1995 banyak teman saya yang begitu,” tulis akun @bagyowah***.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement