AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Melewatkan sarapan pagi bisa memberikan sejumlah pengaruh buruk bagi anak-anak. Selain dapat membuat anak menjadi lebih mudah marah, melewatkan sarapan juga dapat memengaruhi performa anak ketika di sekolah.
Sarapan merupakan santapan yang penting karena dapat memberikan pasokan energi dan nutrisi untuk beraktivitas sepanjang hari. Selain itu, sarapan juga berperan besar dalam membuat kondisi seseorang pada pagi hari menjadi lebih terstruktur.
Oleh karena itu, melewatkan sarapan bisa memberikan dampak yang signifikan bagi anak-anak. Anggapan ini turut diperkuat oleh hasil survei yang dilakukan oleh General Mills dan Greggs Foundation terhadap 600 anak berusia 6-11 tahun.
Ketika melewatkan sarapan, sekitar 58 persen anak mengaku merasa kesulitan untuk mengikuti pelajaran olahraga. Sedangkan sebanyak 48 persen anak mengaku kesulitan untuk mengikuti pelajaran matematika. Melewatkan sarapan juga membuat 32 persen anak merasa kesulitan mengikuti pelajaran bahasa Inggris.
Tak hanya itu, sebagian besar anak juga tampak menunjukkan perilaku tak biasa bila melewatkan sarapan. Menurut 54 persen orang tua, anak-anak mereka menjadi lebih mudah marah bila tidak sarapan di pagi hari. Selain itu, sekitar 14 persen anak-anak cenderung lebih mudah melupakan sesuatu bila tidak sarapan.
Survei ini juga menunjukkan bahwa sekitar 56 persen anak-anak menyadari pentingnya sarapan. Mereka bahkan menganggap sarapan sebagai jam makan terpenting dibandingkan jam makan lainnya.
"Hal yang menakjubkan bisa mengetahui bahwa anak-anak berusia enam tahun memiliki kesadaran bahwa melewatkan sarapan bisa memberikan pengaruh terhadap diri mereka," jelas juru bicara General Mills, seperti dilansir The Sun pada Selasa (31/10/23).
Namun di saat yang sama, ada banyak faktor yang mendorong anak-anak melewatkan sarapan di pagi hari. Sekitar 36 persen anak mengaku tidak sarapan di pagi hari karena tidak merasa lapar.
Selain itu, 19 persen anak-anak mengungkapkan bahwa mereka tidak sarapan karena tak memiliki cukup waktu. Sedangkan 15 persen anak-anak mengatakan mereka tidak sarapan karena sulit menemukan makanan yang mereka sukai untuk disantap di pagi hari. Karena melewatkan sarapan, sekitar 39 persen anak mengaku bahwa mereka kerap mengambil sebagian bekal makan siang mereka untuk disantap sebagai sarapan saat di sekolah.
Di sisi lain, 97 persen orang tua mengungkapkan bahwa mereka telah mendorong anak-anak untuk sarapan setiap hari. Akan tetapi, sekitar 45 persen orang tua mengungkapkan bahwa hal tersebut sulit dilakukan karena anak mereka kerap mengaku tidak lapar. Sekitar 24 persen orang tua juga merasa frustrasi karena anak mereka tidak mau menyantap makan pagi di rumah.
"Ketika anak-anak sarapan, mereka cenderung lebih maju di kelas, (lebih mampu) menyelesaikan masalah, serta (lebih pandai) berteman," lanjut juru bicara General Mills.
Orang tua yang kesulitan untuk mengajak anak mereka sarapan diimbau untuk mencari cara agar anak-anak mereka mau sarapan. Salah satunya adalah berdiskusi dengan anak mengenai menu sarapan yang mereka inginkan.
"Sarapan tidak harus dengan sereal atau roti panggang, gunakan imajinasi Anda," ujar sang juru bicara.