AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Aktor Parasite Lee Sun-kyun meninggal dunia pada Rabu (27/12/2023). Menurut keterangan kepolisian, ada briket batu bara atau arang di dalam mobilnya pada Rabu (27/12/2023).
Penemuan itu membuat polisi menduga kuat bahwa Lee mengakhiri nyawanya dengan cara membakar dan menghirup asap briket arang di ruangan tertutup (charcoal burning). Dokter paru DR dr Feni Fitriani Taufik, Sp.P(K) dari RSUP Persahabatan mengatakan charcoal burning (CB) adalah membakar briket.
Menurut dr Feni, briket kalau tidak dibakar mungkin aman-aman saja, tetapi kalau dibakar briket akan memproduksi reaksi kimia, terutama karbon monoksida (CO). Gas CO yang terbentuk dari pembakaran tersebut sifatnya tidak berwarna, juga tidak berbau. Sumber gas CO lainnya adalah asap rokok, kebakaran/pembakaran kayu, alat listrik yang mengalami korsleting (malfungsi), barbekyu, dan lain-lain.
Dr Feni menjelaskan bagaimana proses munculnya karbon monoksida dari pembakaran briket. Briket arang memiliki banyak komponen karbon.
“Kemudian kalau dibakar kan ada oksigen di udara. Nah dari reaksi karbon dan oksigen itu terbentuklah karbon dioksida dan karbon monoksida,” ujar dr Feni saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (28/12/2023).
Selain itu, dr Feni menyebut dari pembakaran pasti juga ada bahan-bahan polutan lainnya seperti butiran halus. Butiran halus ini secara ilmiah disebut particulate matter (PM). Ada polusi udara, ada PM 2,5 dan PM 10 yang berkaitan dengan polusi udara.
“Jadi dengan pembakaran tersebut ada bahan-bahan polutan juga ikut, kalau komponen partikelnya itu bisa formaldehyde, bisa particulate matter. Kalau gasnya, ya bisa karbon dioksida, karbon monoksida,” kata dia.
Kapan pembakaran briket menjadi toksik dan mematikan? Dr Feni menuturkan itu tergantung konsentrasi dan lamanya pajanan.
Dokter paru dari Departemen Pulmo Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini menyebutkan di kepustakaan kadar CO di atas 1.000-1.200 ppm menimbulkan rasa tidak nyaman, sedangkan kadar CO di atas 1.500-2.000 ppm dihirup dalam waktu satu jam bisa menimbulkan kondisi tidak nyaman atau bahkan berbahaya. Kaitannya dengan bunuh diri, dr Feni menuturkan, biasanya itu efek karbon monoksida. Jadi karbon bereaksi dengan oksigen terbentuk karbon dioksida dan karbon monoksida .
Tubuh normalnya memiliki hemoglobin (Hb) yang mengikat oksigen. Oksigen masuk ke dalam tubuh ditangkap oleh hemoglobin dan diedarkan ke dalam peredaran darah. Dr Feni menjelaskan kalau salah satu kurang, itu terjadi gangguan.
Misalnya, orang-orang anemia, tubuhnya juga akan kekurangan oksigen atau oksigennya kurang. Contoh lainnya, di daerah ketinggian, pasti juga akan timbul gangguan sesak napas.
“Secara normal Hb dan oksigen itu berikatan. Nah sifatnya karbon monoksida, dia itu bisa berikatan lebih kuat dengan hemoglobin kalau dia ketemu, bisa 200 kali lipat lebih kuat ikatan si CO ini dengan Hb dibanding ikatan oksigen dengan Hb,” ujarnya.
“Terus apa yang terjadi? Kalau CO-nya banyak, tentu si oksigen akan ngalah kan? Si oksigen akan diusir-usirin tuh, jadi hemoglobinnya akan berikatan dengan CO lebih banyak yang tentunya tubuh akan kekurangan oksigen, kebanyakan CO. Itulah yang sifatnya poisoning,” kata dia.
Dr Feni mengatakan, kalau orang mau bunuh diri, caranya adalah meningkatkan konsentrasi dan waktu, dipakai di ruang tertutup. “Dia lama-lama di situ, akhirnya akan keracunan. Itu kalau memang cara bunuh diri ya. Serba salah ya kalau diekspos orang tiru, enggak diekspos enggak tahu bahayanya,” katanya.
Cara mengatasi orang keracunan karbon monoksida adalah diberikan oksigen lagi dengan tekanan tinggi. Menurut dr Feni, CO bisa diusir serta kebutuhan oksigen di tubuhnya kembali terpenuhi.
“Kalau itu biasanya selamat. Karena bunuh diri pasti diam-diam ya kan dia. Dia pakai di ruang tertutup supaya terhirup selama mungkin akhirnya keracunan,” ujarnya.
Gejala keracunan CO adalah pusing, sakit kepala, lemas, mual dan muntah, denyut jantung menjadi lebih cepat, sesak napas, nyeri dada, gagal jantung, kehilangan pendengaran, pandangan atau penglihatan menjadi buram, disorientasi, kehilangan kesadaran atau menjadi koma, gagal napas, dan kematian. Selain itu, bentuk-bentuk tubuh secara fisik mungkin tidak kentara.
“Tapi memang akan terlihat tanda-tanda kekurangan oksigen, mungkin ujung-ujungnya bisa kebiruan seperti itu. Nah itu gejala-gejala yang bisa dilihat dari keracunan CO yang mematikan ini,” kata dr Feni.