AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Kreator digital Indah G menjadi perbincangan di dunia maya karena mengemukakan pernyataan bahwa bahasa Indonesia miskin kosakata di video “Lack of Critical Thinking Skills in Indonesian Society Ft Cinta Laura Kiehl| The Indah G Show. Video tersebut ada di kanal Youtube Indah, The Indah G Show.
Berdasarkan transkripsi yang diambil oleh pendiri Narabahasa Ivan Lanin dari fasilitas yang disediakan YouTube dan juga dirapikan Ivan secara manual, Indah mengatakan ada banyak hal dalam bahasa Indonesia yang tidak dapat mengartikan bahasa Inggris.
“Saya merasa bahwa dengan bahasa Indonesia, saat bahasa Indonesia saya mulai menjadi lebih baik, ada banyak hal dalam bahasa Indonesia yang Anda tidak dapat memahami arti sepenuhnya seperti ketika Anda mengucapkannya dalam bahasa Inggris dan sebaliknya," katanya dikutip pada Selasa (9/4/2024).
Indah mengatakan seorang temannya mengatakan kalau bahasa Indonesia adalah bahasa yang miskin kosakata. Dan ia pun mengamini hal tersebut, terutama jika dibandingkan dengan bahasa Arab dan Inggris.
"Teman saya Angelica, dia mengatakan ini: 'Bahasa Indonesia itu sebenarnya bahasa yang miskin kosakata.’ Dan itu sangat benar. Apalagi dibandingkan dengan bahasa seperti Arab dan Inggris, jumlah kosakata bahasa Indonesia sangat sedikit," katanya.
Menanggapi hal ini, Ivan berpendapat jumlah kosakata sebuah bahasa sulit diukur dengan tepat. Cara paling mudah melakukan itu adalah dengan melihat jumlah entri pada kamus bahasa itu.
“Saya memperoleh data jumlah entri kamus tiga bahasa ini dari sebuah rujukan: Collins English Dictionary 14th ed. (Inggris) ±730 ribu, Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring (Indonesia)= ±120 ribu, Diccionario de la lengua española (Spanyol) = ±93 ribu,” tulis Ivan melalui Medium, seperti yang dikutip oleh Republika.co.id, Selasa.
Kurator Rubrik Bahasa ini mengungkapkan dari data jumlah entri kamus tiga bahasa ini, perbendaharaan kata bahasa Inggris memang lebih banyak daripada bahasa Indonesia. Penyebab utamanya, kata Ivan, karena bahasa itu merupakan basantara (lingua franca) yang sudah lebih lama berkembang dan dituturkan banyak orang dari berbagai bangsa. Dia juga menyebutkan status ini menyebabkan bahasa Inggris kerap digunakan untuk mengungkap konsep baru yang tidak jarang diserap dari bahasa lain.
"Namun, menurut saya, jumlah kosakata dalam kamus tidak bisa digunakan untuk mengatakan sebuah bahasa miskin kosakata. Kata 'miskin' berarti ‘tidak berharta; serba kekurangan’. Ada makna konotatif yang subjektif dalam kata 'miskin'," tulis Ivan.
Ivan pribadi tidak merasa kekurangan kosakata untuk mengungkapkan pikiran dalam bahasa Indonesia. Ia juga mengatakan lebih tepat untuk mengatakan jumlah kata bahasa Indonesia lebih sedikit daripada bahasa Inggris, bukan 'miskin'.
"Saya rasa lebih tepat untuk mengatakan 'jumlah kata bahasa Indonesia lebih sedikit daripada pada bahasa Inggris'. Itu fakta yang tidak dapat dibantah," katanya.
Selanjutnya, Ivan menuturkan cara sebuah bahasa mengungkapkan makna bergantung pada budaya penutur. Untuk hal ini, bagi Ivan, bahasa Inggris memang cenderung lebih ringkas dan langsung ketika menyampaikan sesuatu dibandingkan dengan bahasa Indonesia.
"Namun, ini juga bergantung pada kepiawaian individu penutur. Saya merasa keterampilan saya mengungkapkan sesuatu secara ringkas dalam bahasa Indonesia diasah dengan membuat status di X (dahulu Twitter). Batasan jumlah karakter di platform itu memaksa saya membuat kalimat yang ringkas, tetapi efektif," kata Ivan.
Di bagian akhir tulisan pendapatnya, Ivan seperti mengingatkan untuk jangan menjelekkan bahasa sendiri. Mungkin kita sebagai individu yang miskin kosakata bukan bahasa kita.
“Yang miskin kosakata itu mungkin kita, bukan bahasa kita. Pelajarilah bahasa kita. Tiap bahasa punya cara sendiri untuk mengungkap makna,” tulis dia.