Jumat 03 May 2024 08:43 WIB

Mengenal Abdominal Aortic Aneurysm, Penyakit yang Merenggut Nyawa Albert Einstein

Albert Einstein meninggal akibat abdominal aortic aneurysm.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Karakter Albert Einstein (kiri) dan J Robert Oppenheimer (kanan) di film Oppenheimer. Einstein meninggal akibat penyakit aorta, abdominal aortic aneurysm.
Foto:

Secara umum, terapi untuk pasien AAA adalah mengontrol tekanan darah dan detak jantung. Bila diameter AAA sudah mencapai 5,5 cm, atau lima sentimeter untuk orang Asia yang bertubuh lebih kecil, tindakan lebih lanjut akan sangat disarankan.

"Sejak (diameter) 5,5 risiko untuk pecah meningkat secara eksponensial. Makanya diameter 5,5 dijadikan threshold untuk tindakan, baik itu operasi atau pasang stent," jelas dr Suko.

Pengobatan untuk AAA di zaman Einstein belum semaju saat ini. Kala itu, tindakan yang bisa dilakukan hanyalah operasi untuk melapisi bagian luar aorta agar tidak pecah.

Operasi ini dilakukan ketika Einstein berumur 69 tahun, menurut laporan kasus dalam Gaceta medica de Mexico, seperti dilansir PubMed. Namun , karena bukan operasi definitif, risiko pecah aorta kembali muncul beberapa tahun setelahnya. Akan tetapi, Einstein menolak dilakukannya operasi kedua.

"Einstein menolak, akhirnya (terjadi pecah di aorta) dan akhirnya meninggal," kata dr Suko.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement