Selasa 30 Jul 2024 08:48 WIB

Dokter: Waspada, Kebanyakan Kasus Polio tidak Bergejala

Polio dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, bahkan kematian.

Red: Indira Rezkisari
Anak-anak mengikuti vaksinasi polio di RPTRA Melinjo, Jakarta Selatan, Selasa (23/7/2024). Vaksinasi tersebut dilakukan dalam rangka Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio 2024 tahap kedua sekaligus memperingati Hari Anak Nasional setiap 23 Juli yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) mulai tanggal 23 Juli secara serempak di sejumlah wilayah di Indonesia. Menurut laporan Kemenkes RI, sebanyak 32 provinsi dan 399 kabupaten/kota di Indonesia masuk dalam kategori risiko tinggi polio. Pelaksanaan PIN Polio akan dilakukan secara massal dan serentak untuk mencapai kekebalan kelompok yang optimal dan dapat mencegah perluasan transmisi virus polio.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Anak-anak mengikuti vaksinasi polio di RPTRA Melinjo, Jakarta Selatan, Selasa (23/7/2024). Vaksinasi tersebut dilakukan dalam rangka Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio 2024 tahap kedua sekaligus memperingati Hari Anak Nasional setiap 23 Juli yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) mulai tanggal 23 Juli secara serempak di sejumlah wilayah di Indonesia. Menurut laporan Kemenkes RI, sebanyak 32 provinsi dan 399 kabupaten/kota di Indonesia masuk dalam kategori risiko tinggi polio. Pelaksanaan PIN Polio akan dilakukan secara massal dan serentak untuk mencapai kekebalan kelompok yang optimal dan dapat mencegah perluasan transmisi virus polio.

AMEERALIFE.COM,  JAKARTA -- Dokter spesialis anak Kanya Ayu mengatakan, banyak kasus polio yang gejalanya sangat ringan bahkan tidak bergejala sama sekali. Akibatnya, seseorang tidak sadar bahwa dia berisiko menularkan virus tersebut ke orang lain.

Kanya mengingatkan orang tua memberikan vaksin polio untuk anaknya dan bagi para tenaga kesehatan untuk terus mengedukasi masyarakat mengenai penyakit itu. Menurutnya, semua orang harus terlibat dalam kesuksesan vaksinasi polio.

Baca Juga

Dikutip dari siaran pers Kementerian Kesehatan, dokter Kanya mengatakan polio adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Polio dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, bahkan kematian akibat meningitis.

"Jadi si virusnya itu menyerang sistem saraf kan, salah satunya bisa sampai ke sistem saraf pusat, yaitu di otak kan, menyebabkan meningitis. Jadi polio sampai hanya dengan lumpuh, nggak, karena dia sampai menyebabkan kematian juga," katanya.

Kanya menjelaskan, virus tersebut disebarkan melalui fekal oral, misalnya ada anak terinfeksi polio yang buang air besar sembarangan di sungai. Atau ada yang membuang popok yang terdapat virus polionya, maka ada risiko virus polio itu menyebar ke mana-mana.

Dia menyebut polio dapat menyerang siapapun, terutama balita yang imunisasi polionya tidak lengkap. Polio, ujarnya, tidak dapat disembuhkan, sehingga yang terpenting adalah memberikan imunisasi yang komplit.

"Dan jangan lupa, yang paling penting adalah cakupannya juga harus tinggi. Jadi cakupan imunisasinya harus tinggi agar herd immunity kepada lingkungannya terbentuk," katanya.

Menurutnya, agar kekebalan komunal terbentuk, perlu cakupan sebesar 90-95 persen. Selain imunisasi, pola hidup yang bersih dan sehat juga perlu diterapkan, mengingat jalur penyebaran virusnya melalui fekal oral.

"Buang air besarnya harus yang benar, di jamban, di MCK. Cuci tangan setelah dari toilet, pakai sabun dan air mengalir, cuci tangan, pakai sabun dan air mengalir, menjelang makan, menyiapkan makanan, masak, dan bermain dengan materi-material tanah," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement