Rabu 13 Nov 2024 08:20 WIB

Anak Terlalu Gemuk atau Kurus Berisiko Alami Gangguan Paru

1 dari 10 anak mengalami perkembangan fungsi perkembangan paru tidak optimal.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Anak terlalu gemuk (ilustrasi). Berat badan tidak sehat pada anak, baik itu terlalu kurus maupun kelebihan berat badan, dinilai dapat menyebabkan masalah paru-paru kronis.
Foto: Dok. Freepik
Anak terlalu gemuk (ilustrasi). Berat badan tidak sehat pada anak, baik itu terlalu kurus maupun kelebihan berat badan, dinilai dapat menyebabkan masalah paru-paru kronis.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA – Berat badan tidak sehat pada anak, baik itu terlalu kurus maupun kelebihan berat badan, dinilai dapat menyebabkan masalah paru-paru kronis. Hal ini merujuk pada studi terbaru yang dilakukan tim peneliti dari Karolinska Institutet di Swedia.

Peneliti menjelaskan fungsi paru-paru berkembang sejak dalam kandungan hingga dewasa. Namun, satu dari 10 anak mengalami perkembangan fungsi perkembangan paru yang tidak optimal sejak kecil, dan dapat berdampak buruk pada kinerja paru-paru di masa depan.

Baca Juga

Studi baru ini menemukan bahwa body mass index (BMI) tidak sehat menjadi faktor risiko utama terhadap gangguan perkembangan fungsi paru. BMI merupakan pengukuran berdasarkan berat dan tinggi badan, yang kerap dikritik karena tidak memperhitungkan komposisi otot dan lemak seseorang.

Dipublikasikan di European Respiratory Journal, penelitian ini menunjukkan adanya korelasi jelas antara BMI tidak normal dengan terganggunya fungsi paru-paru. “Dalam penelitian ini, yang terbesar sejauh ini, kami mengikuti anak-anak sejak lahir hingga usia 24 tahun, yang mencakup seluruh periode perkembangan fungsi paru-paru,” kata peneliti sekaligus pakar gizi di Karolinka Institutet, dr Gang Wang, dilansir Study Finds Rabu (13/11/2024).

Sebagai bagian dari proyek BAMSE, yang melacak lebih dari 4.000 anak sejak lahir hingga usia 24 tahun, penelitian saat ini melibatkan 3.200 peserta dengan setidaknya empat pengukuran BMI. Para peserta dikategorikan ke dalam kelompok-kelompok yang berbeda berdasarkan BMI mereka. Pada usia dua tahun, para peneliti sudah dapat mengukur perbedaan BMI bayi.

Fungsi paru-paru diukur dengan menggunakan tes pernapasan spirometri pada usia 8, 16, dan 24 tahun. Tes ini mengukur kekuatan paru-paru berdasarkan seberapa banyak udara yang dapat dihirup dan dihembuskan. Saluran udara yang lebih kecil juga dihitung berdasarkan volume nitrogen yang diembuskan, dan para peneliti mengambil sampel urine untuk menganalisis zat-zat yang dimetabolisme di dalam tubuh.

Anak-anak dengan BMI yang terlalu tinggi, atau BMI yang meningkat dengan cepat, menunjukkan gangguan fungsi paru saat dewasa dibandingkan dengan anak-anak dengan BMI normal. Gangguan fungsi paru ini disebabkan oleh suatu kondisi yang disebut obstruksi, di mana aliran udara di dalam paru-paru terhambat.

Selain itu, sampel urine dari kelompok ini menunjukkan kadar metabolit asam amino histidin yang tinggi - pengamatan serupa terlihat pada penderita asma dan penyakit paru obstruktif kronik. Untungnya, para peneliti mencatat bahwa jika BMI anak kembali ke kisaran normal yang sehat sebelum dewasa, gangguan paru-paru ini dapat dicegah.

“Menariknya, kami menemukan bahwa pada kelompok dengan BMI yang awalnya tinggi tetapi BMI yang dinormalisasi sebelum masa pubertas, fungsi paru-paru tidak terganggu di masa dewasa,” kata dr Erik Melen, peneliti lainnya.

Melen menegaskan temuan ini menyoroti betapa pentingnya mengoptimalkan pertumbuhan anak sejak dini dan selama masa awal sekolah serta masa remaja. Memiliki BMI di bawah rata-rata juga dikaitkan dengan penurunan fungsi paru-paru. Menurut para peneliti, gangguan paru-paru pada kelompok ini disebabkan oleh pertumbuhan paru-paru yang tidak memadai.

“Fokusnya adalah pada kelebihan berat badan, tetapi kita juga perlu mendata anak-anak dengan BMI rendah dan memperkenalkan langkah-langkah nutrisi,” kata Wang.

 

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement