AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Salah satu pendiri Asosiasi Pemimpin Digital (APDI) Ferdian Agustiana meluncurkan buku “Shaping The Future, Teknokrasi, dan Demokrasi Menuju Indonesia Emas 2045", di Jakarta Selatan. Buku ini membahas mengenai pentingnya keselarasan antara teknokrasi dan demokrasi dalam peta jalan menuju Indonesia Emas 2045.
Buku tersebut merupakan karya ketiga yang diterbitkan, setelah pada awal tahun 2024 Ferdian menerbitkan buku "Mastering Recovery Strategy" dan tahun 2023 menerbitkan buku berjudul "Airport & Beyond".
”Dalam buku Shaping the Future, saya ingin mengajak para pembaca untuk mengeksplorasi integrasi dua pilar penting dalam pembangunan nasional yaitu demokrasi dan teknokrasi. Teknokrasi dapat memberikan kontribusi penting dalam merumuskan kebijakan yang ilimiah, efektif, dan berbasasis data, sementara demokrasi memastikan bahwa kebijakan tersebut memperhatikan kepentingan semua warga negara dan memiliki legitimasi yang kuat,” ujar Ferdian dalam siaran pers, Jumat (13/12/2024).
Selain peluncuran buku, dilakukan talkshow yang membahas mengenai tema buku dan menghadirkan narasumber yaitu Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Rahayu Saraswati, Penulis Buku dan Storyteller Fahd Pahdepie, dan Wakil Rektor V LSPR Institute Taufan Akbari
Dalam sebuah sesi interaktif, para narasumber berbagi pandangan mengenai pemanfaatan teknoklogi dan peran teknokrasi dalam demokrasi untuk mengakselerasi menuju Indonesia emas 2045. Dalam kesempatan itu, Rahayu Saraswati mengungkapkan bahwa buku ini relevan dengan tantangan zaman, khususnya Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia ditengah arus perubahan yang dinamis.
“Buku ini coba membahas secara lengkap peran para teknokrat dalam sebuah negara demokrasi serta apa yang bisa dicontoh oleh generasi-generasi muda. Saya percaya, demokrasi harus seimbang antara idealis dan realistis, sehingga dibutuhkan pemahaman dan kesadaran kolektif,” ujar Rahayu.
Adapun Fahd Pahdepie berharap dengan terbitnya buku ini bisa menghadirkan gagasan-gagasan yang baru dan diskursus yang produktif di ruang-ruang publik.
“Kita rindu ada intelektualitas di kampus dan ruang-ruang publik, sehinga saya berharap buku ini akan menjadi pemantik narasi-narasi positif yang menggugah kita khususnya anak muda untuk Shaping the Future," ucap Fahd.
Terakhir, Taufan Akbari menyoroti tentang bonus demografi dengan populasi usia produktif 201 juta jiwa dari total populasi penduduk Indonesia 280 juta jiwa, sehingga hal ini benar-benar perlu dimanfaatkan dengan sungguh-sungguh.
“Dalam buku ini juga membahas mengenai bonus demografi dan bagaimana anak muda memiliki peran krusial dalam menggerakkan roda pembangunan. Jadi, Shaping the Future adalah tentang imajinasi besar yang perlu direncanakan dan diupayakan.” Ujarnya.
Buku "Shaping the Future" disusun sebagai ajakan untuk beraksi terhadap kondisi yang dihadapi saat ini. Oleh karena itu, buku ini menyertakan berbagai rekomendasi praktis yang dapat diadopsi oleh pembaca, baik sebagai individu maupun kolektif, untuk memastikan bahwa demokrasi kita tidak hanya robust, tetapi juga responsif terhadap tuntutan zaman dan kemajuan teknologi.
Ferdian berharap dengan terbitnya buku ini akan ada diskursus untuk menghidupkan gerakan-gerakan teknokrat yang bisa dibuat dalam satu konsep yang mampu berkontribusi aktif dalam pembangunan nasional yang dicita-citakan. Buku ini sangat direkomendasikan bagi para pemimpin bangsa, pengambil keputusan strategis, generasi muda dan siapapun yang tertarik dengan perkembangan demokrasi dan teknologi di Indonesia. Rencananya hasil penjualan dari buku ini akan didonasikan 100 persen kepada teman-teman yang membutuhkan.