Kamis 06 Feb 2025 19:32 WIB

Keseringan Nonton Video Pendek Bisa Ganggu Fokus Belajar Anak

Video pendek yang banyak ditonton anak dalam waktu lama bakal mengganggu fokus anak.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Anak menonton video pendek (ilustrasi).  Kebiasaan menonton video pendek berlebihan dinilai dinilai dapat menimbulkan dampak negatif, terutama pada minat belajar dan perkembangan emosi.
Foto: Republika.co.id
Anak menonton video pendek (ilustrasi). Kebiasaan menonton video pendek berlebihan dinilai dinilai dapat menimbulkan dampak negatif, terutama pada minat belajar dan perkembangan emosi.

AMEERALIFE.COM, TANGERANG -- Platform media sosial kini banyak menyajikan konten video pendek berdurasi 15 hingga 60 detik. Meskipun menghibur, kebiasaan menonton video pendek seperti Reels di Instagram secara berlebihan dinilai dapat menimbulkan dampak negatif, terutama pada minat belajar dan perkembangan emosi anak.

“Jadi kalau anak Anda melihat Reels, itu kan durasinya sangat singkat, cepat, dan berubah-ubah terus. Itu membuat anak mengalami hyperstimulated,” kata dokter spesialis kedokteran jiwa dari Rumah Sakit Hermina Bitung dr Julian Raymond Irwen SpKJ di Tangerang, Banten, Kamis (6/2/2025).

Baca Juga

Julian mengatakan video pendek yang banyak ditonton anak dalam waktu yang lama bakal mengganggu fokus anak untuk mengikuti proses pembelajaran. Salah satu contohnya anak sering menengok ke kanan atau kiri saat diajak berbicara akibat tidak terbiasa fokus pada satu objek saja. Emosinya juga jadi mudah meledak-ledak terutama jika orang tua membatasinya bermain gawai.

“Makanya ada sebuah penelitian yang mengatakan bahwa anak yang kecanduan gawai, itu dia bisa timbul gejala seperti anak dengan gangguan ADHD. Dia jadi sulit untuk fokus begitu, karena kebiasaan mendapat stimulasi yang tinggi,” ujar dia.

Di samping itu minat anak untuk belajar dan membaca buku dapat ikut menurun karena terbiasa untuk menatap gambar bergerak dan berwarna-warni dengan berbagai efeknya, dibandingkan dengan buku pelajaran yang cenderung berwarna hitam putih. “Anak jadi enggak tertarik dengan pembelajaran. Apalagi dengan fokus yang pendek, sedangkan untuk belajar itu pertama butuh fokus. Dikarenakan kontras yang terlalu tinggi, anak yang terbiasa dengan kontras yang tinggi dia jadi terlalu overstimulated dengan video-video itu,” kata dia.

Untuk mencegah hal tersebut, Julian menyarankan orang tua melakukan pendampingan dan pengawasan sehingga anak tidak mengalami kecanduan main gawai. Salah satunya dapat dilakukan dengan memperbanyak aktivitas menarik dan positif bersama anak seperti membaca buku bersama dibanding bermain gawai, olahraga renang atau bulu tangkis bersama hingga mencari makanan lezat.

Orang tua juga dapat menggunakan aplikasi parental control untuk mengawasi anak bermain internet. Dengan tujuan mencegah anak terpapar konten-konten negatif seperti pornografi maupun judi online (judol). Adapun beberapa gejala dari anak yang kecanduan gawai dan perlu diwaspadai oleh orang tua adalah anak jadi mudah tantrum ketika orang tua membatasi waktu bermainnya, adanya perubahan emosi yang meledak-ledak, anak rela tidak tidur untuk bermain gawai hingga sulit menghentikan kebiasaan berjauhan dengan gawai.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement