Jumat 14 Feb 2025 08:09 WIB

Kasus DBD di Indonesia Melonjak, Pakar Sarankan Ini Agar tak Terinfeksi

Program 3M Plus bisa menjadi strategi dalam pengendalian nyamuk penyebab DBD.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Pewarat mengecek saturasi oksigen pasien demam berdarah dengue (ilustrasi). Peningkatan kasus DBD erat kaitan dengan faktor lingkungan dan kondisi iklim yang mendukung pengembangbiakan nyamuk Aegypti.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pewarat mengecek saturasi oksigen pasien demam berdarah dengue (ilustrasi). Peningkatan kasus DBD erat kaitan dengan faktor lingkungan dan kondisi iklim yang mendukung pengembangbiakan nyamuk Aegypti.

AMEERALIFE.COM,  JAKARTA – Kasus demam berdarah (DBD) kembali meningkat di beberapa daerah Indonesia. Di Kota Palembang, Kabupaten Banyuasin, dan Musi, ada 309 kasus DBD sepanjang Januari 2025. Selain itu, Kabupaten Buleleng, Bali juga mencatat 585 kasus DBD sejak Januari hingga pertengahan Februari 2025.

Menanggapi hal ini, Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, dr Sulistiawati menyatakan, peningkatan kasus DBD erat kaitannya dengan faktor lingkungan dan kondisi iklim yang mendukung pengembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, sebagai faktor utama penyebaran virus dengue. "Nyamuk ini lebih suka bertelur di air bersih, bukan air kotor. Oleh karena itu, kita harus waspada pada kondisi-kondisi iklim, karena salah satu faktor risiko yang memudahkan penyebaran penyakit ini adalah keberadaan nyamuk. Jika tempat berkembang nyamuk semakin mendukung, maka penyebaran virus akan lebih cepat," kata dia dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat (14/2/2025).

Baca Juga

Untuk mencegah penyebaran DBD, Sulistiawati mengatakan bahwa program 3M Plus bisa menjadi strategi dalam pengendalian nyamuk. Program 3M Plus adalah menguras, menutup, dan mendaur ulang tempat penampungan air, serta upaya tambahan seperti menanam tanaman pengusir nyamuk dan menggunakan kelambu.

“Jika program 3M Plus dilakukan secara rutin dan kompak oleh seluruh masyarakat, maka kasus DBD dapat ditekan. Namun jika hanya sebagian yang menjalankan, maka efektifitasnya berkurang,” kata dia.

Sulistiawati juga menyoroti terkait pentingnya kesadaran masyarakat dalam mengenali gejala awal DBD agar dapat segera tertangani. Karena tidak semua orang akan mengalami gejala yang sama.

"Ada yang hanya merasa lemas, ada yang demam tinggi, dan ada yang mengalami pendarahan hingga syok," kata dia.

Selain mengonsumsi obat penurun panas, ia juga menekankan pentingnya menjaga cairan tubuh dengan rutin mengonsumsi air putih, guna mencegah dehidrasi. Mengenai konsumsi jus jambu yang sering dikaitkan dengan peningkatan trombosit, dosen FK ini menjelaskan jus jambu kaya akan vitamin dan mineral, sehingga dapat menjadi suplemen yang baik. Namun, jika ada komplikasi lain seperti gangguan pencernaan, sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu ke dokter.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement