AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Di era digital ini, pemandangan anak-anak yang asyik dengan gawainya sudah menjadi hal biasa. Namun, di balik kemudahan dan hiburan yang ditawarkan, kebiasaan ini ternyata menyimpan risiko tersembunyi, terutama bagi kemampuan sensorik dan keterampilan makan anak.
Dokter spesialis anak sekaligus konselor pemberian makan bayi dan anak Ian Suryadi Setja mengatakan kebiasaan bermain dan melihat konten menggunakan gawai bisa membuat anak susah memusatkan perhatian dan menyebabkan penurunan kemampuan sensorik anak. Dia memberikan gambaran, makan sambil melihat tayangan di layar gawai membuat anak tidak bisa menikmati proses makan karena perhatiannya sering teralihkan.
"Ini berdampak pada proses makan, seperti kesulitan mengunyah atau memegang makanan. Selain itu, anak juga cenderung mengalami mindless eating atau makan tanpa kesadaran karena fokus pada layar," kata dia dalam acara Ngobrol Bareng Sahabat (Ngobras) untuk memperingati Hari Susu Sedunia di Jakarta, Senin, dr Ian Suryadi Setja, M.Med.Sc, Sp.A pada Senin (2/6/2025).
Menurut dia, kondisi yang demikian berpengaruh pada kerja penyampaian sinyal kenyang dari otak. Akibatnya, anak makan terlalu sedikit atau berlebihan.
Ia mengemukakan bahwa mindless eating dalam jangka panjang bisa mengganggu pemenuhan nutrisi dan tumbuh kembang anak. Dokter Ian mengingatkan para orang tua untuk membatasi penggunaan gawai anak.
Menurut dia, anak-anak berusia di bawah dua tahun idealnya sama sekali tidak kena paparan layar perangkat elektronik. Waktu melihat layar perangkat elektronik bagi anak-anak berusia di atas dua tahun, ia mengatakan, sebaiknya dibatasi tidak melampaui 30 menit per hari.
Setelah berusia di atas lima tahun, dia melanjutkan, waktu melihat layar anak lebih baik dibatasi maksimal satu sampai dua jam per hari. "Selain membatasi durasi, konten yang ditonton juga harus diperhatikan. Pilih tayangan yang edukatif dan sesuai usia," kata dokter Ian.
Influencer Nimaz Dewantary membagikan strateginya dalam mengatur penggunaan perangkat elektronik anak. "Jujur, aku tidak membiasakan anakku screen time," katanya.
"Aku lebih menekankan kebiasaan makan bersama di meja makan. Jadi saat aku makan, anakku juga ikut makan. Dan screen time hanya aku berikan di luar jam makan," kata ia menambahkan.
Nimaz juga mengemukakan perlunya orang tua mengupayakan anak mengonsumsi makanan bergizi seimbang serta menghadirkan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang optimal anak. Dokter Ian menyarankan para orang tua memberikan beragam jenis makanan kepada anak agar kebutuhan zat gizi makro dan mikro pentingnya terpenuhi.
Anak-anak membutuhkan cukup asupan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral agar bisa tumbuh dan berkembang secara optimal. "Susu berperan penting dalam mendukung perkembangan otak dan tumbuh kembang anak," katanya.
"Pastikan memilih susu sesuai usia anak, telah memiliki izin BPOM, serta rendah gula. Pilih juga yang diperkaya dengan mikronutrien seperti AA, DHA, zat besi, kalsium, dan vitamin D," ujarnya.