Kamis 26 Jun 2025 21:35 WIB

Taksi Terbang Dinilai Belum Bisa Jadi Solusi Utama Kemacetan

Taksi terbang EHang 216-s melakukan uji coba setelah dapat izin dari Kemenhub.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Utusan Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni Raffi Ahmad (kanan) bersama  Executive Chairman Prestige Aviation Rudy Salim (kiri) berada di dalam taksi udara saat uji terbang berpenumpang EHang 216 S di PIK 2, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (25/6/2025). Kendaraan taksi udara tanpa awak kemudi dengan tenaga baterai listrik tersebut mampu menempuh jarak terbang hingga 30 kilometer, waktu terbang 18-25 menit serta kecepatan maksimal mencapai 130 km/jam dan regulasi pengoperasiannya sedang dalam proses penerbitan oleh Kementerian Perhubungan agar dapat terbang legal di Indonesia.
Foto: ANTARA FOTO/Putra M. Akbar
Utusan Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni Raffi Ahmad (kanan) bersama Executive Chairman Prestige Aviation Rudy Salim (kiri) berada di dalam taksi udara saat uji terbang berpenumpang EHang 216 S di PIK 2, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (25/6/2025). Kendaraan taksi udara tanpa awak kemudi dengan tenaga baterai listrik tersebut mampu menempuh jarak terbang hingga 30 kilometer, waktu terbang 18-25 menit serta kecepatan maksimal mencapai 130 km/jam dan regulasi pengoperasiannya sedang dalam proses penerbitan oleh Kementerian Perhubungan agar dapat terbang legal di Indonesia.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi menyampaikan bahwa kehadiran taksi terbang berpotensi menjadi pilihan transportasi perkotaan. Namun, Menhub juga menegaskan bahwa inovasi ini belum dapat menjadi solusi utama untuk mengatasi persoalan kemacetan di kota-kota besar, seperti Jakarta.

"Kan kalau saya lihat, ini kan transportasi yang sifatnya belum masif ya. Ini adalah salah satu pilihan, salah satu pilihan transportasi," kata Menhub dalam bincang bersama awak media di Jakarta, Kamis (26/6/2025).

Baca Juga

Dudy menyebut harga layanan taksi terbang saat ini masih tinggi, sehingga belum bisa dikategorikan sebagai moda transportasi massal yang terjangkau bagi masyarakat umum di seluruh lapisan. "Jadi kalau mau dikatakan sebagai solusi ya, mungkin tidak sepenuhnya. Tapi ini lebih kepada pilihan karena juga kalau saya lihat sekarang harganya masih relatif, masih mahal," ujarnya.

Ia menilai kehadiran taksi terbang lebih tepat sebagai alternatif tambahan, bukan pengganti moda transportasi yang sudah ada seperti bus, KRL, MRT, maupun LRT di wilayah urban. "Jadi, buat saya ini belum merupakan pilihan untuk menyelesaikan masalah transportasi yang ada di Jakarta karena ini lebih kepada transportasi dalam kota, kalau saya tangkap," kata dia.

Ia menyebutkan saat ini baru satu operator taksi terbang yang berasal dari perusahaan EHang asal China yang masuk ke Indonesia. "Kita tidak juga kemudian antipati atau apapun itu. Kita terbuka kepada pihak-pihak yang ingin membantu pemerintah dalam mengatasi atau memberikan pilihan kepada masyarakat untuk transportasi," kata Menhub.

Dia mengatakan infrastruktur pendukung seperti lokasi lepas landas dan pendaratan dinilai sudah tersedia di gedung-gedung perkantoran serta pusat perbelanjaan, serupa dengan penggunaan helikopter pribadi. Taksi terbang dinilai lebih minim gangguan dibanding helikopter karena memiliki dimensi baling-baling yang lebih kecil dan tidak memerlukan ruang yang luas untuk lepas landas dan mendarat.

"Jadi kemajuan teknologi kita harus terus mengantisipasi tentunya ya sehingga kita tidak terlambat dalam menyikapi adanya teknologi-teknologi baru yang dirasakan bermanfaat buat masyarakat," ujar Menhub.

Sebelumnya, taksi terbang EHang 216-s melakukan uji coba terbang di Phantom Ground Park PIK 2, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (25/6/2025). Uji coba dilakukan setelah mengantongi izin dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk melakukan uji coba (demo flight) dengan membawa penumpang di dalam kabin. “Agendanya kita uji terus untuk terbang, supaya ini bisa jadi moda pariwisata bisa, transportasi masa depan bisa, yang mana kita sudah bawa ke Indonesia supaya tidak tertinggal dengan luar negeri,” ujar Executive Chairman Prestige Aviation,Rudy Salim,  perusahaan yang memboyong EHang 216-s.

 

 

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement