AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Hingga kini, masih banyak ibu yang kurang memperhatikan keamanan penggunaan skincare selama kehamilan. Padahal beberapa produk, terutama yang bersifat pengobatan seperti krim jerawat, bisa mengandung zat aktif yang berisiko membahayakan perkembangan janin.
Dokter subspesialis fertilitas dan endokrinologi reproduksi dr Boy Abidin mengungkapkan bahwa salah satu zat yang perlu diwaspadai adalah retinoid --bahan aktif yang umum ditemukan dalam produk perawatan jerawat. Menurutnya, paparan retinoid selama hamil bisa berujung pada kecacatan janin seperti tidak terbentuknya daun telinga.
"Contoh ekstremnya, penggunaan obat jerawat yang mengandung retinoid selama kehamilan itu dapat menyebabkan bayi lahir tanpa daun telinga," kata dr Boy dalam diskusi media di kantor Bayer Jakarta, Selasa (1/7/2025).
Mengingat dampaknya yang serius, dr Boy mengingatkan agar ibu hamil tidak sembarangan memakai produk kosmetik, terutama yang mengandung bahan aktif medis. Sebaiknya, saat hamil konsultasikan penggunaan skincare atau kosmetik dengan dokter.
Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa risiko kecacatan pada janin tidak hanya disebabkan oleh paparan bahan kimia. Menurut dr Boy, kecacatan juga dapat terjadi karena gangguan pada proses pembuahan dan pembelahan sel. Dalam kondisi normal, sel telur dan sel sperma masing-masing membawa materi genetik yang kemudian bergabung dan berkembang menjadi embrio. Tapi jika tejadi gangguan dalam proses ini, cacat genetik bisa muncul.
"Misalnya, pada saat proses pembelahan dari dua sel menjadi empat, delapan, dan seterusnya, bisa terjadi kesalahan yang menyebabkan cacat bawaan," kata dia.
Beberapa jenis kecacatan genetik yang cukup dikenal di antaranya trisomi 21 atau down syndrome. Risiko gangguan ini disebut meningkat seiring usia ibu saat hamil. "Ibu hamil di usia 35 ke atas atau 40-an itu ada risiko memiliki anak dengan down syndrome," kata dia
Kelainan seperti down syndrome, jelas dr Boy, umumnya bersifat permanen dan tidak dapat diperbaiki. Meski demikian, bukan berarti anak dengan kondisi tersebut tidak bisa menjalani hidup yang layak. "Down syndrome tetap memiliki hak hidup. Jadi kalau semisal secara fisik janin pertumbuhannya baik, walaupun down syndrome dia berhak untuk dilahirkan dan hidup," kata dr Boy.
la juga mengingatkan pentingnya memastikan kecukupan gizi pada masa 1.000 hari pertama kehidupan, yakni mulai dari kehamilan hingga dua tahun pertama kehidupan anak. Pada fase ini, sel-sel tubuh berkembang sangat cepat dan memerlukan dukungan nutrisi serta lingkungan yang optimal.
"Ibu hamil perlu memperhatikan asupan gizi, kondisi emosional, dan paparan lingkungan. Apa yang dilakukan pada periode ini akan berdampak besar pada masa depan anak," kata dia.