AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Dampak labeling atau pelabelan negatif terhadap anak, khususnya sebutan "anak nakal", ternyata bukan sekadar isapan jempol. Menurut para ahli, predikat tersebut berpotensi menjadi pemicu serius bagi anak untuk terjerumus ke dalam kenakalan yang lebih dalam, bahkan berujung pada tindak kriminal.
Psikolog klinis Phoebe Ramadina, M.Psi., Psikolog, mengatakan anak yang terus-menerus dilabeli negatif akan mengalami kesulitan dalam meregulasi emosi dan merasa putus asa akibat stigma dari lingkungannya. "Anak yang mengalami kesulitan regulasi emosi ini merasa putus asa dan tidak ada gunanya memperbaiki diri sehingga memilih untuk tetap berbuat kenakalan," kata Phoebe di Jakarta pada Selasa (22/7/2025).
Kurangnya kematangan kognitif pada anak membuat mereka belum bisa membedakan mana yang salah dan benar, yang pada gilirannya menyulitkan mereka dalam meregulasi emosi dan mengendalikan impulsivitas. Lingkungan sekitar juga memegang peranan krusial dalam membentuk perilaku anak. Phoebe menyoroti lingkungan yang kerap menunjukkan kekerasan atau pola asuh yang kasar dapat menjadi faktor pendorong anak untuk terlibat dalam tindakan kriminal. Tak hanya itu, dorongan dari teman sebaya juga bisa menjadi pemicu.
"Bisa juga ada dorongan dari teman sebaya, sehingga anak-anak ini merasa harus ikut melakukan tindakan kriminal agar diterima oleh lingkungan," ujar Phoebe.
Jika seorang anak sudah terlanjur terlibat dalam kenakalan atau kejahatan namun belum masuk dalam sistem hukum formal, Phoebe menyarankan untuk menggunakan pendekatan restoratif dan rehabilitatif. "Pendekatan itu berfokus pada pemulihan dan pengembangan kemampuan anak untuk dapat bersikap lebih adaptif di masa depan," ujarnya.
Fokusnya bukan pada penghukuman, melainkan pada pembinaan agar anak dapat kembali ke jalur yang benar. Selain itu, penting juga untuk melakukan pemeriksaan dan pendampingan psikologis. Tujuannya adalah untuk memahami secara mendalam motivasi di balik perilaku bermasalah yang dilakukan anak.
"Hal itu dilakukan agar dapat memahami apakah ada gangguan emosional, perilaku, atau trauma tertentu yang menjadi dasar perilaku bermasalah anak," kata Phoebe.
Tidak hanya anak, pendampingan juga perlu diberikan kepada keluarga. "Pendampingan juga perlu diberikan pada keluarga untuk memperbaiki pola interaksi dan dukungan di rumah," kata Phoebe.
Lingkungan keluarga yang positif dan suportif dinilai menjadi kunci utama dalam proses pemulihan dan adaptasi anak.
Memperingati Hari Anak Nasional yang jatuh pada 23 Juli, Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Agus Andrianto menyampaikan kabar baik terkait anak-anak binaan pemasyarakatan. Sebanyak 1.272 anak binaan telah diusulkan untuk menerima remisi. Langkah ini menunjukkan adanya upaya dari pemerintah untuk memberikan kesempatan kedua bagi anak-anak yang telah terjerumus, sejalan dengan semangat rehabilitatif yang ditekankan oleh para psikolog.