Kamis 16 Feb 2023 22:38 WIB

Sudah tak Dilindungi Hak Cipta, Winnie the Pooh Bebas Dipakai, Ada yang Bikin Slasher

Winnie the Pooh sudah menjadi domain publik sejak 1 Januari 2022.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Film Winnie the Pooh: Blood and Honey. Sineas Rhys Waterfield memanfaatkan karakter Winnie the Pooh yang sudah tidak dilindungi hak cipta dengan mengkreasikannya menjadi film bergenre slasher.
Foto:

Jenkins cenderung percaya pada manfaat jangka panjang dari domain publik, terkait kebebasan berkarya dan berpendapat. Dia menyadari beberapa penggunaan materi domain publik akan diterima oleh beberapa orang dan ditentang oleh sebagian lainnya. Namun, konten baru yang hadir tidak secara seragam melemahkan nilai karya aslinya.

Jenkins menyoroti bahwa sebagian besar film-film sukses Disney dibangun di atas domain publik. Sebut saja Beauty and the Beast yang berasal dari dongeng versi Jeanne-Marie Leprince de Beaumont terbitan 1756. Begitu juga Sleeping Beauty dari dongeng Charles Perrault tahun 1697.

Aladdin pun merupakan pemaknaan ulang dari kumpulan cerita rakyat The Book of One Thousand and One Nights. Bagi Jenkins, Winnie the Pooh: Blood and Honey mungkin bukan contoh paling mulia dari efek domain publik, tetapi itu adalah bagian dari proses perkembangan dan pertumbuhan kreativitas.

"Fakta bahwa beberapa orang mungkin terganggu atau muak dengan penggunaan kembali beberapa karakter dari Winnie the Pooh ini tidak mengurangi nilai domain publik. Waktu yang akan memberi tahu apakah film seperti ini dihargai di pasar dan memiliki daya tarik yang bertahan lama," ucap Jenkins.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement