AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Saat anaknya demam, ibu yang belum berpengalaman cenderung panik. Mereka takut anaknya dalam keadaan bahaya.
Tak heran bila mereka langsung mencari pertolongan untuk anak, mulai dari memberikan obat penurun panas, mengompresnya, bahkan membawanya ke dokter. Menurut psikolog anak dan keluarga, Samanta Elsener, memang tak sedikit ibu yang was-was saat anaknya demam.
Para ibu berharap agar anandanya tidak sampai kejang saat demam tinggi. Apalagi kalau demamnya di atas 39 derajat Celsius, rasanya seperti berada di situasi genting.
"Rasa panik yang dialami para ibu merupakan hal wajar," ungkap Samanta dalam konferensi pers #UbahKelamJadiKalem, di Jakarta, Rabu (1/3/2023).
Hal ini akhirnya membuat kaum ibu, terutama ibu bekerja, menjadi tidak fokus pada pekerjaannya. Bahkan, mereka memilih untuk izin tidak masuk kerja saat anaknya baru panas sedikit, 37,5 derajat Celsius.
"Kegalauan ibu-ibu ketika anaknya panas itu sangat mengganggu kesejahteraan psikologis dari ibunya sendiri. Bisa jadi cemas, bisa jadi panik, bisa jadi gelisah, dan galau enggak karuan, rungsing, bahkan bisa ikutan nangis kan, panik mikirin anaknya," papar Samanta.
Kondisi psikologis seorang ibu ketika anaknya sakit demam sebetulnya berbeda-beda. Samanta mengatakan kondisi psikologis ibu ketika sang anak sakit bergantung pada umur sang anak. Semakin dini usia anak, seperti usia anak satu hingga lima tahun, maka rasa khawatir dan panik yang dialami seorang ibu akan lebih besar.
"Apalagi jika yang sedang sakit adalah anak pertama dan usia anaknya masih nol sampai tiga atau lima tahun. Itu adalah masa-masa riskan kalau anak panas" ujarnya.
Sedangkan ketika anak sudah lebih besar atau berusia di atas lima tahun, ibu sudah lebih bisa menenangkan diri dalam menghadapi kondisi anak sakit. Hal ini karena sang ibu sudah punya pengalaman sehingga lebih tenang dan bisa langsung mengambil langkah atau solusi.