Wisnu mencontohkan, orang tua dapat memulai membangun komunikasi dengan bertanya mengenai pengalaman anak saat berpuasa. Tanyakan apakah terasa berat atau tidak dan menu apa yang diinginkan anak untuk berbuka atau makan sahur.
Menurut Wisnu, komunikasi seperti itu merupakan hal sederhana yang akan berdampak besar bagi diri anak. Dengan demikian anak akan merasa diperhatikan dan dicintai.
"Ini juga akan mendorong sang anak untuk beribadah puasa dengan semakin berkualitas," katanya.
Melalui komunikasi tersebut, menurut Wisnu, orang tua juga sekaligus melatih kemampuan anak untuk berinteraksi sosial. Hal yang paling mendasar adalah perasaan diakui keberadaannya sebagai anak, dipercaya mampu berpuasa dengan berkualitas sekaligus merasa dicintai oleh orang tua, dan melatih kemampuan berinteraksi dan berkomunikasinya.