Senin 01 May 2023 08:05 WIB

Mengenal Stone of Destiny, Artefak Kontroversial untuk Pemahkotaan Raja Charles

Stone of Destiny didatangkan dari Skotlandia untuk pemahkotaan Raja Charles III.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Batu penobatan atau Stone of Scone yang selalu hadir dalam momen raja-raja di Inggris dimahkotai selama berabad-abad akhirnya tiba di London pada Sabtu (29/4/2023).
Foto:

Mengingat batu bersejarah ini pernah jadi rampasan perang di masa lalu, ada pihak yang merasa tak setuju digunakannya Stone of Destiny dalam penobatan Raja Charles III. Salah satu penolakan tersebut datang dari mantan perdana menteri Inggris, Alex Salmond.

Akan tetapi, Dean of Chapel Royal di Skotlandia, Prof David Fergusson, memiliki pendapat berbeda. Prof Fergusson mengatakan Stone of Destiny saat ini tak lagi dipandang sebagai rampasan perang, melainkan simbol persatuan.

"Dahulu sebuah rampasan perang, Stone of Destiny telah menjadi fokus persatuan. Sebuah sumber pemecah belah (di masa lalu), yang kembali hari ini sebagai tindakan persahabatan," ujar Prof Fergusson.

Batu bersejarah ini hanya akan ada di London untuk keperluan penobatan Raja Charles III. Setelah prosesi sakral tersebut usai, Stone of Destiny akan dipulangkan kembali ke Skotlandia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement