AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Demensia merupakan kondisi yang tak hanya dapat memengaruhi pasien, tetapi juga orang-orang di sekelilingnya. Pengaruh ini bisa menyentuh berbagai aspek, termasuk jalinan komunikasi yang terjadi antara pasien demensia dan orang-orang di dekatnya.
Kemampuan berbahasa dan bicara pasien demensia bisa menurun secara progresif. Demensia juga dapat mengubah kepribadian atau sikap penderitanya. Beragam perubahan ini kerap menjadi tantangan bagi orang-orang untuk bisa berkomunikasi dengan pasien demensia.
Anggota keluarga yang menjadi pengasuh utama atau primary caregiver pasien demensia mungkin akan menjadi pihak yang paling merasakan dampak dari kesulitan berkomunikasi ini. Kesulitan ini bahkan bisa membawa dampak psikologis yang signifikan bagi pengasuh.
"Pengasuh keluarga utama dari pasien demensia mengalami rasa terisolasi secara sosial, stres mental yang tinggi, dan sering kali depresi," jelas associate professor Jung Ah Lee PhD RN dari Sue & Bill Gross School of Nursing, University of California, seperti dilansir laman Best Life, Selasa (2/5/2023).
Mempelajari cara berkomunikasi yang lebih baik dengan pasien demensia dapat membantu meringankan rasa stres hingga frustrasi yang mungkin dirasakan oleh pengasuh. Berikut ini adalah tujuh kiat cara berkomunikasi dengan pasien demensia yang direkomendasikan para ahli:
1. Batasi distraksi
Direktur Alzheimer's Disease Caregiver Support Initiative, Valerie Drown, menganjurkan pengasuh untuk membatasi distraksi bila ingin melakukan pembicaraan serius dengan pasien demensia. Hal ini bisa dilakukan dengan cara melakukan komunikasi di tempat yang sunyi agar pasien demensia bisa lebih mudah mencerna informasi.
"Semua hal-hal seperti televisi, anak yang berlarian, dan musik bisa mendistraksi," kata Drown.
2. Ingat 3C
Ada tiga C yang perlu diterapkan ketika berkomunikasi dengan pasien demensia. Tiga C tersebut adalah calm (tenang), concise (ringkas), dan clear manner (jelas). Ketiga prinsip ini dapat membantu pasien demensia yang mengalami penurunan pendengaran dan keterampilan kognitif untuk memahami percakapan dengan lebih baik.
3. Sabar menunggu
Ada kalanya pasien demensia kesulitan untuk menemukan kata yang tepat saat berbicara. Dalam kondisi seperti ini, jangan coba untuk memotong dan memilihkan kata untuk pasien demensia.
Meski tidak nyaman, coba lebih sabar untuk menunggu pasien demensia menemukan kata yang ingin mereka ucapkan. Memotong ucapan pasien demensia hanya akan menjadi distraksi dan memilihkan kata untuk pasien demensia belum tentu sesuai dengan keinginan sang pasien.
"(Menurut studi) orang dengan demensia membutuhkan waktu hingga 90 detik untuk memproses dan memahami secara penuh perkataan yang mereka dengar," ujar speech language pathologist dan pemilik Be Light Car4e Consulting Adria Thompson.
4. Tunjukkan
Bila ingin pasien demensia melakukan sesuatu, jangan berikan instruksi melalui kata-kata. Cara yang lebih baik adalah memberikan contoh melalui tindakan.
"(Bila ingin keluar rumah dan meminta pasien menggunakan jaket) Anda pakai dulu jaket Anda, lalu tunjukkan pasien jaket mereka, daripada hanya menyuruh 'waktunya untuk memakai jaketmu'," kata CEO Senior Helpers Peter Ross.
5. Hindari kata ganti
Orang dengan demensia kerap mengalami masalah kehilangan ingatan jangka pendek. Oleh karena itu, hindari penggunaan kata ganti seperti dia atau mereka. Sebagai gantinya, gunakan nama orang atau nama objek setiap kali berbicara dengan pasien demensia.
6. Hormati
Pasien demensia mungkin tampak berperilaku seperti anak-anak. Namun, mereka tetaplah orang dewasa. Bicaralah dengan pasien demensia seperti berbicara dengan orang dewasa pada umumnya. Cara berbicara ini merupakan yang terbaik.
"Meski kadang pengasuh merasa menjadi orang tua bagi ibu atau ayah mereka (yang menderita demensia), penting untuk mengingat bahwa Anda tetaplah anak mereka," ujar Ross.
7. Tanyakan masa lalu
Meski kerap bermasalah dengan ingatan jangka pendek, pasien demensia kerap memiliki ingatan dari masa lalunya. Pengasuh dianjurkan untuk mengajak pasien demensia untuk berbincang mengenai masa lalu pasien. Misalnya, meminta pasien demensia untuk menceritakan kisah hidupnya di masa lalu. Bernostalgia bisa menjadi momen yang baik, bukan hanya untuk pasien tetapi juga pengasuh.