AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Menjaga kesehatan gigi dan mulut bukan hanya penting untuk mencegah gigi berlubang dan penyakit gusi, namun juga mungkin berkaitan dengan kesehatan otak seiring bertambahnya usia. Hal ini merujuk pada studi terbaru yang mengungkap adanya hubungan antara bakteri di mulut dan kesehatan kognitif.
Untuk penelitian ini, para ilmuwan di University of Exeter mempelajari bakteri mulut dari 120 orang dewasa tua atau lansia. Separuh dari peserta ini mengalami gangguan kognitif ringan (MCI), suatu kondisi yang dapat memengaruhi daya ingat dan keterampilan berpikir serta dapat meningkatkan risiko terkena demensia. Separuh lainnya adalah individu sehat dengan usia yang sama.
Penelitian, yang dipublikasikan di PNAS Nexus, menunjukkan pola tertentu pada sekumpulan bakteri yang hidup di mulut peserta. Dua jenis bakteri, Neisseria dan Haemophilus, dikaitkan dengan kinerja yang lebih baik pada tes daya ingat dan berpikir. Sebaliknya, keberadaan bakteri lain, khususnya Prevotella, dikaitkan dengan skor yang lebih rendah pada tes ini.
Temuan menarik lainnya adalah hubungan antara gen APOE4, yang diketahui meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit Alzheimer. Orang yang memiliki gen ini cenderung memiliki kadar bakteri jenis tertentu yang disebut Prevotella intermedia yang lebih tinggi di mulut mereka.
“Hal ini menunjukkan bahwa faktor genetik mungkin terkait dengan variasi komposisi bakteri oral, meskipun penelitian tersebut tidak menetapkan hubungan kausal langsung,” demikian kata peneliti seperti dilansir Study Finds, Sabtu (1/2/2025).
Para peneliti juga menganalisa bagaimana bakteri mulut berhubungan dengan proses biokimia dalam tubuh. Beberapa bakteri membantu mengolah nitrat dari makanan seperti bit dan sayuran hijau, mengubahnya menjadi molekul yang beperan dalam sirkulasi darah dan otak. Hasilnya, ditemukan bahwa orang dengan lebih banyak bakteri Neisseria dan Haemophilus memiliki komunitas mikroba yang berhubungan dengan jalur biokimia nitrat. Namun belum dipastikan apakah bakteri ini benar-benar meningkatkan pemrosesan nitrat dalam tubuh.
Temuan lain yang signifikan adalah adanya peningkatan bakteri Porphyromonas gingivalis -yang diketahui menyebabkan penyakit gusi- pada peserta dengan gangguan kognitif ringan. Temuan ini memperkuat bukti yang menunjukkan hubungan antara kesehatan mulut dan kesehatan otak.
Selain itu, kombinasi antara Neisseria-Haemophilus juga menunjukkan hubungan statistik terkuat dengan kinerja tes kognitif, terutama pada peserta dengan gangguan kognitif ringan. "Temuan ini mungkin sangat relevan bagi orang yang memiliki gen APOE4, mengingat pola bakteri di mulut mereka cenderung berbeda. Menjaga kesehatan mulut bisa menjadi kesehatan mulut bisa menjadi langkah pencegahan yang bermanfaat, meskipun dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah perawatan gigi tertentu dapat membantu mengurangi risiko penurunan kognitif," ujar peneliti.