AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Bukan rahasia lagi jika Disney ingin memulai sesuatu yang epik bagi karakter putri duyung dalam beberapa tahun terakhir. Adaptasi live-action baru The Little Mermaid kini tengah menjadi perhatian.
Dalam film animasi asli tahun 1989, sosok putri duyung bernama Ariel, secara drastis mengubah penampilan fisik dan melepaskan suara yang sebenarnya untuk mengejar seorang pria. Hal itu dianggap bukanlah pesan terbaik untuk dikirimkan kepada anak-anak atau gadis pada umumnya. Jadi apa artinya menjadi Ariel di tahun 2023?
Kostum untuk film ini dihidupkan oleh desainer produktif Colleen Atwood. Kreditnya termasuk pada hit Netflix baru-baru ini, Sleepy Hollow (1999), Into the Woods (2014), dan Beetlejuice 2 (2024) yang akan datang, dan mulai syuting di London l tahun ini. Kali ini Atwood membahas tentang semua keputusan kostum yang dia buat untuk The Little Mermaid.
Saat wawancara dengan Harpers Bazaar, Atwood menceritakan awal mula pembuatan kostum Ariel. "Jadi ini tentang memulai dengan naskah dan menghasilkan ide baru, materi baru, sains baru, seni baru, dan tetap mengikuti perkembangan," kata dia.
Film The Little Mermaid cukup banyak menggunakan CGI. Dia menjelaskan peran kostum fisik dan setelan motion capture sangat berbeda. Yang dikerjakan Atwood adalah membuat kostum asli agar menyerupai apa yang diinginkan, karena itu sangat membantu orang-orang digital dengan warna dan bentuk.
Saat para aktor bekerja, mereka 90 persen selalu mengenakan setelan motion-capture. Ada beberapa bagian yang dikenakan para aktor. "Pelindung dada (King Triton), benar-benar dipakai. Kostum Ursula Melissa McCarthy dipakai hampir sepanjang waktu. Itu yang sulit. Itu adalah proses yang rumit," ujarnya.
Dia mengatakan kostum para pemain dan set dibuat bersamaan dalam praproduksi. Tim mulai menyiapkan mulai dari kostum dan set yang berkaitan dengan manusia duyung. Setelah beberapa bulan, tim mulai menjelajahi dunia di atas laut dan menghubungkannya kembali ke laut.
"Saya mengambil kualitas organik dari makhluk laut, kerang laut, dan karang, menggabungkannya ke dalam tekstur dan warna," kata Atwood.
Ketika melihat film The Little Mermaid versi animasi lawas, karakter Ariel terlihat memakai bra berbentuk cangkang. Namun dalam film ini, busana tersebut tak dipakai. Tim produksi sengaja tak memakainya.
"Kami mencoba menjauh dari yang itu. Saya hanya berpikir ingin memiliki kualitas untuk para gadis. Memakai bra kerang di dada tampak seperti cara yang aneh untuk dilakukan," kata dia.
Dia mengatakan, apabila bra cangkang dipakai di tubuh manusia asli, maka hasilnya tidak akan bagus. "Akhirnya kami membuat kostum dengan bralette yang masih memiliki nuansa bawah laut tetapi tidak 'seagresif' bra cangkang," ujarnya.
Proses pembuatan film The Little Mermaid membutuhkan jangka waktu yang sangat lama karena sempat terhalang pandemi Covid-19. Ketika kostumnya sudah selesai, tim akhirnya melanjutkan produksi. "Saya harus menyelesaikan beberapa bagian, tetapi film sudah cukup siap untuk ditayangkan. Semesta merancangnya," kata Atwood.