Kamis 31 Jul 2025 18:27 WIB

Happy Salma: Perhiasan Bukan Cuma Gaya, Tapi Soal 'Aku Ingin Jadi Manusia Bebas'

Happy Salma terinspirasi kutipan ikonik Pramoedya Ananta Toer.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Pendiri dan Creative Conceptor Tulola, Happy Salma, saat diwawancara di Jakarta pada Kamis (31/7/2025).
Foto: Dok. Republika/Gumanti Awaliyah
Pendiri dan Creative Conceptor Tulola, Happy Salma, saat diwawancara di Jakarta pada Kamis (31/7/2025).

AMEERALIFE.COM,  JAKARTA -- Perhiasan tak selalu berkutat pada estetika semata. Di tangan Happy Salma, pendiri dan Creative Conceptor Tulola, perhiasan bisa menjadi ruang tafsir dari gagasan besar tentang kebebasan.

Dalam instalasi Kawan Nusantara bertajuk "Identitas", Tulola menyematkan kutipan ikonik Pramoedya Ananta Toer "Aku ingin menjadi manusia bebas" ke dalam sebuah kalung. Menurut Happy, kalimat dari novel Anak Semua Bangsa itu dipilih bukan sekadar karena keindahannya, melainkan karena makna yang sangat relevan dengan pencarian jati diri.

Baca Juga

"Kebebasan itu adalah hal yang paling dimpikan semua orang. Tapi biasanya seseorang akan mendapatkan kebebasan apabila dia telah menyelesaikan kewajibannya," kata Happy saat diwawancara di sela acara "Kawan Nusantara" di Jakarta, Kamis (31/7/2025).

Kutipan Pram tersebut menjadi inti dari chapter Dunia Baru, salah satu dari empat babak dalam koleksi "Identitas" yang dipresentasikan dalam eksibisi Kawan Nusantara: Identitas. Selain Dunia Baru, tiga chapter lainnya yang turut dipamerkan adalah Warisan, Komunitas, dan Legacy yang masing-masing merepresentasikan fase penting dalam perjalanan penemuan jati diri.

Warisan menggambarkan akar tempat seseorang bertumbuh. Motif flora dan fauna dipilih untuk merefleksikan hubungan manusia dengan alam dan nilai-nilai yang diwariskan secara turun-temurun. Adapun Komunitas menjadi simbol hubungan sosial yang membentuk identitas. Motif anyaman digunakan sebagai metafora visual akan jalinan antar manusia-erat, saling menopang, dan tak terpisahkan.

Sementara itu, Legacy merupakan babak penutup yang memandang masa depan. Dihadirkan dalam bentuk tas berhias batu kristal, chapter ini mewakili harapan dan nilai yang ingin ditinggalkan untuk generasi berikutnya. Di ruang eksibisi Kawan Nusantara, setiap chapter tidak hanya tampil dalam bentuk perhiasan atau aksesori, tapi juga melalui presentasi visual dan artistik yang menggugah.

"Semoga siapapun yang hadir di sini bisa menyelami makna terdalam jati diri, identitas diri seutuhnya," kata Happy.

Berlangsung pada 31 Juli-1 Agustus 2025 di The Dharmawangsa Jakarta, Kawan Nusantara juga menghadirkan "Heroes of Heritage". Ini merupakan koleksi karya hasil kolaborasi Bakti BCA dengan TULOLA dan dua perajin perak dari Desa Wisata Taro, Bali, yakni I Made Suama dan Ketut Daging.

Karya hasil kolaborasi perajin dari Desa Wisata Taro dan Tulola tersebut berupa bros manis yang dapat digunakan sehari-hari. Motif-motif yang digunakan adalah representasi dari ratusan motif tradisi Bali yang biasa hadir dalam berbagai wujud persembahan; di antaranya yakni motif patra Bali, mandala, sampian, karang daun, dan lembu putih.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement