AMEERALIFE.COM, JAKARTA---Nicholas Knowlton dari Carolina Utara, Amerika Serikat, terimbas pemutusan hubungan kerja (PHK) dari Microsoft pada Maret 2023. Selama dua bulan terakhir, Knowlton berusaha melamar kerja di tempat lain namun tak kunjung membuahkan hasil.
Padahal, Knowlton telah melamar lebih dari 250 posisi di berbagai perusahaan dan menerima 57 panggilan perekrut. Dia mengungkapkan di LinkedIn bahwa sudah 15 kali dia melakukan wawancara dengan manajer dan sudah tiga kali sampai sesi wawancara akhir, namun belum ada yang lolos.
Dikutip dari laman India Today, Jumat (9/6/2023), saat masih tergabung di Microsoft, Knowlton merupakan insinyur solusi cloud. Kondisi Knowlton yang tidak kunjung mendapatkan pekerjaan memicu masalah keuangan bagi pria itu.
Pasalnya, keluarga Knowlton hanya mampu memberikan dukungan terbatas. "Ini adalah perjalanan roller coaster, dengan banyak wawancara berakhir dengan mereka (pihak perusahaan) memutuskan untuk memilih kandidat lain," kata Knowlton.
PHK saat ini cukup marak terjadi di sejumlah perusahaan yang bergerak di industri teknologi. Ribuan karyawan yang bekerja di Microsoft, Google, serta Meta terkena dampak besar. Orang-orang menghadapi masalah keuangan dan tidak dapat menafkahi keluarga mereka.
Sementara itu, sebagian lagi memiliki waktu terbatas untuk mendapatkan pekerjaan baru atau terancam dideportasi ke negara asalnya karena visa H1B. Ada pekerja yang sedang mencari pekerjaan selama berbulan-bulan dan berjuang untuk mendapatkan pekerjaan.
Microsoft, yang merupakan perusahaan tempat Knowlton pernah bekerja, awal tahun ini mengumumkan akan memecat 10.000 karyawan. CEO Microsoft Satya Nadella mengungkapkan bahwa keputusan perusahaan didasari kondisi ekonomi makro dan prioritas pelanggan yang berubah.
Akan tetapi, orang baru akan dipekerjakan setelah PHK besar-besaran itu. "Sementara kami menghilangkan posisi di beberapa area, kami akan terus merekrut di area strategis utama," kata Nadella.
Dia juga menguraikan pentingnya membangun platform komputer baru dengan penggunaan kecerdasan buatan. Menurut Nadella, banyak organisasi di setiap industri tengah berhati-hati karena beberapa bagian dunia berada dalam resesi dan bagian lain sedang mengantisipasinya.