AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Kapal selam Titan milik OceanGate meledak di Samudera Atlantik dan menyebabkan kematian lima penumpangnya. Investigasi berfokus pada lambung yang berbahan serat karbon, dan ini merupakan pertama kalinya digunakan untuk kendaraan laut dalam.
Komposit serat karbon menawarkan keunggulan seperti ringan dan memiliki kekuatan tinggi, namun kemampuannya untuk menahan tekanan laut dalam tidak dipahami dengan baik. Mereka juga menyoroti serat itu untuk penelitian dan pengujian lebih lanjut.
Puing-puing kapal selam Titan sekarang berada dalam kepemilikan pihak berwenang. Para penyelidik bekerja keras untuk menyatukan (secara harfiah) apa yang menyebabkan kapal selam milik OceanGate itu meledak di Samudra Atlantik lebih dari dua pekan lalu. Northeastern Global News telah berbicara dengan profesor fisika terkemuka di Universitas Northeastern, Arun Bansil, untuk mencoba mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang mungkin terjadi di bawah permukaan laut sana.
Satu penjelasan potensial telah dibahas secara luas, yakni lambung kapal selam yang berbahan serat karbon ini sebagai eksperimental, yang diubah perusahaan hanya dalam enam pekan. Bansil memberikan gambaran singkat (dan sejarah) penggunaan bahan serat karbon di kapal selam laut dalam.
Bansil menjelaskan, untuk komponen yang membutuhkan bobot ringan dan kekuatan tinggi, komposit berbasis serat karbon telah berhasil dikembangkan untuk digunakan dalam industri kedirgantaraan, otomotif, olahraga, medis, dan konsumen. Baja, titanium, dan aluminium memang telah digunakan secara luas untuk menahan tekanan lambung kapal selam. Namun, ketika menyangkut aplikasi ke laut dalam, bukan itu yang menjadi permasalahannya.
Titan adalah kendaraan laut dalam pertama dengan lambung yang sebagian besar terbuat dari serat karbon. Kemampuan serat karbon untuk menahan siklus tekanan berulang, terutama tekanan kuat di bawah laut dalam masih tidak dipahami dengan baik, sehingga sulit untuk merancang lambung yang aman berbahan dasar serat karbon.
“Efek penurunan penyerapan air pada epoksi yang mengikat serat karbon dalam komposit, juga harus diingat dalam menilai kegagalan Titan,” kata Prof Bansil.
Penggunaan serat karbon untuk lambung kapal selam ini berawal dari petualang Steve Fossett sekitar tahun 2000, di mana kapal selam yang muat untuk satu orang itu akan menyelam ke dasar Challenger Deep, yang merupakan titik terdalam di Palung Mariana, sekitar 36 ribu kaki.
DeepFlight Challenger submersible yang ditugaskan untuk Fossett itu belum diuji atau digunakan. Titan adalah kapal selam laut dalam pertama yang lambungnya berbahan serat karbon. Bahan-bahan baru adalah tulang punggung kemajuan sains dan teknik transformatif. Serat karbon menawarkan banyak keunggulan dibandingkan logam, seperti kekuatan tinggi, ringan, dan tahan korosi.
Titan telah melakukan beberapa kali penyelaman ke bangkai kapal Titanic, dan para pakar harus menahan penilaian mereka atas pemicu utama ledakan kapal selam tersebut, sampai penyelidikan yang sedang berlangsung selesai. “Dugaan saya adalah para peneliti pada akhirnya akan mengembangkan bahan berbasis serat karbon untuk aplikasi laut dalam, bersama dengan protokol pengujian untuk pengoperasian kapal selam yang aman,” ucap Bansil.