AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Pusat Permohonan Penggambaran Film Asing dan Persembahan Artis Luar Negara (Puspal) Malaysia akan memperketat perizinan untuk artis luar negeri yang tampil di negara itu. Tindakan ini diambil setelah grup musik The 1975 menimbulkan sejumlah kontroversi saat melakukan pertunjukan di Kuala Lumpur, Malaysia.
Kontroversi ini bermula saat The 1975 menjadi salah satu penampil dalam festival musik Good Vibes di Kuala Lumpur. Di sela-sela pertunjukan, vokalis The 1975 Matty Healy merusak drone milik penyelenggara festival, minum alkohol di atas panggung, mencium rekan satu band-nya, hingga mengutarakan ujaran kebencian terhadap pemerintah Malaysia karena memiliki UU anti LGBTQ.
"Pemerintah kalian adalah sekumpulan orang dungu dan saya tak peduli lagi. Bila Anda menekan, saya akan melawan," ujar pria berusia 33 tahun tersebut, seperti dilansir NME pada Rabu (26/7/2023).
Akibat sejumlah kekacauan yang ditimbulkan Healy, penampilan The 1975 harus berhenti setelah lagu ketujuh. Band tersebut juga diboikot oleh Malaysia sehingga harus meninggalkan negara tersebut sesegera mungkin.
Ulah Healy tak hanya berimbas kepada bandnya sendiri, tetapi juga pihak penyelenggara. Di hari itu, penyelenggaraan festival musik Good Vibes harus berakhir lebih cepat. Penyelenggaraan Good Vibes di hari berikutnya juga harus dibatalkan atas perintah Menteri Komunikasi dan Digital Malaysia Ahmad Fahmi Mohamed Fadzil.
Tak lama berselang, Fadzil juga meminta Puspal untuk melakukan peninjauan ulang terkait prosedur perizinan artis atau penampil dari luar negeri. Fadzil meminta agar prosedur tersebut dilakukan dengan lebih ketat diabndingkan sebelumnya.
"Saya telah meminta Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Digital Datuk Muhammad Fauzi Md Isa dan ketua komite Puspal untuk meninjau ulang semua proses yang ada terkait Puspal, termasuk masalah skrining artis," ujar Fadzil.
Fadzil mengatakan, Kementerian Dalam Negeri Malaysia juga akan meminta para penyelenggara acara untuk memberikan jaminan terkait perilaku para artis atau penampil luar negeri yang mereka undang. Selain itu, Fadzil akan menggelar pertemuan dengan para penyelenggara konser di Malaysia untuk meminta masukan dan pendapat dari mereka.
"Termasuk (pendapat) terkait insiden terbaru ini, untuk membuat sejumlah perbaikan," ujar Fadzil.
Terkait pembatalan festival musik Good Vibes, Fadzil mengatakan dirinya telah menghubungi penyelenggara festival yaitu MyCreative Ventures terkait pembayaran para penampil. Fadzil mengatakan para penampil dari luar negeri telah menerima hampir semua pembayaran mereka, tetapi para penampil lokal belum menerima bayaran.
Tak hanya diboikot oleh Pemerintah Malaysia, tindakan kontroversial Healy juga mendapatkan kecaman dari komunitas LGBTQ di Malaysia. Menurut mereka, tindakan Healy di panggung Good Vibes bisa membuat kehidupan komunitas LGBTQ di Malaysia menjadi lebih sulit dan rumit.
"Apa yang Matt Healy dan The 1975 lakukan telah merusak dan mengganggu upaya yang diperjuangkan oleh para aktivis lokal selama bertahun-tahun untuk mendorong perubahan dan pengertian, serta membahayakan komunitas monirtas kami yang rentan," ujar perwakilan komunitas LGBTQ Malaysia, Joe Lee.
Lee mengatakan setiap negara memiliki aturannya masing-masing. Orang asing yang datang ke suatu negara tidak berhak untuk menghina dan mengacak-acak aturan yang berlaku di suatu negara.
"Terlebih ketika mereka hanya membuatnya menjadi lebih buruk untuk kami," kata Lee.
Menurut Lee, ada dua pihak yang benar-benar menjadi korban akibat tindakan Healy. Yang pertama adalah komunitas LGBTQ Malaysia yang harus menanggung konsekuensi atas perbuatan Healy. Sedangkan yang kedua adalah industri konser live di Malaysia yang hingga saat ini masih cukup kesulitan untuk bangkit setelah diterpa pandemi Covid-19.