Luna juga banyak menonton film-film yang diperankan Suzanna, untuk melihat bagaimana akting marah, sedih, kesal, dan jahil. "Jadi kami mencoba mencari potongan demi potongan, kira-kira emoisnya dia, dialognya seperti ini. Karena yang ingin dikejar itu cara dia berdialog seperti yang ada di film-filmnya," ujar dia.
Luna tak menampik dirinya kesulitan menghadirkan cara Suzanna berdialog saat akting,karena warna suaranya yang berbeda. "Tapi mungkin yang dikejar disetiap film Suzanna itu desahannya sama pelafalan bunda itu identik pada saat pengucapan L. L-nya itu yang selalu dikejar, yang selalu diingetin sama semua," kata dia.
Namun, Luna mengatakan harus ada penyesuaian juga dengan skrip film Suzanna: Malam Jumat Kliwon. "Jadi nggak bisa semua diaplikasiin seperti film-film yang dulu," ujar dia.
Luna berharap film ini mampu menghibur dan menghadirkan momen nostalgia terhadap karya SUzanna. "Kami bukan mau adu-aduan siapa yang lebih mirip, siapa yang lebih keren. Kami ingin membuat satu film yang mengobati kerinduan dengan film-film Suzanna," kata dia.