Alternatif
Selama menjadi dosen, Koentjoro mengaku tidak pernah tergabung dalam grup WA orang tua mahasiswa. Dia berpendapat, ada baiknya grup demikian hanya berisikan para orang tua mahasiswa, di mana mereka bisa saling curhat, berkeluh-kesah, dan jadi ajang silaturahim.
Adapun jika pihak kampus tergabung, bisa untuk memfasilitasi orang tua mahasiswa supaya bertemu dengan dosen pada waktu tertentu. Misalnya, sekali setahun atau setiap semester.
Di Fakultas Psikologi UGM, Koentjoro menginformasikan terdapat POTMAPSI, yakni Persatuan Orang Tua Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Secara berkala, orang tua mahasiswa difasilitasi berjumpa dengan dosen.
Menurut Koentjoro, walaupun di kampus tertentu ada grup WA orang tua mahasiswa dan dosen, itu juga tidak boleh menjadi tempat orang tua menekan dosen agar anak cepat lulus, atau mengintervensi soal nilai. Begitu juga ketika grup WA dibentuk orang tua yang anaknya ada di jenjang pendidikan lain, seperti TK, SD, SMP, atau SMA.
"Jangan sampai orang tua memengaruhi keputusan guru," ungkapnya.
Alih-alih membuat grup WhatApp, menurut Ratna, universitas lebih baik memberikan akses portal mahasiswa ke orang tua/wali mahasiswa.
"Beberapa kampus sudah melakukan ini. Jadi orang tua bisa pantau dari situ untuk tahu IPK anaknya, anaknya kuliah atau enggak, dan lain-lain," jelas Ratna.
Di sisi lain, lanjut Ratna, orang tua juga perlu memperkuat bonding dengan anaknya yang sudah mahasiswa. Orang tua harus mengetahui kendala selama perkuliahan anaknya, atau hal lain yang sekiranya membantu anak menjadi orang dewasa.
Keberadaan grup WA orang tua-perwakilan kampus di beberapa universitas menuai pro-kontra di masyarakat. Sebagian menganggap, grup semacam itu tidak perlu ada mengingat anak sudah mahasiswa, tidak perlu diawasi sejauh itu.