AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Belum lama ini, salah satu cicitan pengguna X viral yang membahas soal grup orang tua mahasiswa baru. Dalam cicitan itu dibahas adanya grup yang berisi orang tua salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) yang menyerang mahasiswa.
Menurut akun itu, seharusnya orang tua sudah tidak lagi ikut campur urusan anak ketika sudah menjadi mahasiswa baru. Sebab, mereka dianggap sudah dewasa karena sudah mempunyai KTP, SIM, dan hak pilih.
"Mending bubarin aja dah itu grup orang tua ITB kalau isinya jadi nyerang mahasiswa. Atau lebih bagus lagi, ga usah bikin grup orang tua-orang tuaan buat mahasiswa dah. Mahasiswa itungannya udah orang dewasa. Udah punya KTP, udah punya SIM, udah punya hak pilih. Yang berarti mereka seharusnya udah bisa memilah sendiri cara pandang, opini, dan ideologi. Kalau ga bisa, ya salah lu orang tua pada mendidik secara pasif," kata akun @tileh*****.
Salah seorang orang tua dari salah satu PTN di Jawa Barat, Ina, mengatakan, kebetulan kampus anaknya memang mempunyai wadah resmi untuk orang tua. Semua persoalan non akademis dibahas dalam grup tersebut.
"Yang aku tahu mereka menginisiasi grup baru tahun ini. Awalnya aku bingung kok kayak bikin grup ternyata ada agenda dari kampus minta grup dengan orang tua. Alhamdulillah jadi difasilitasi kalau ada insiden tidak berkenan selama non akademis bisa dibantu," kata Ina kepada Republika.co.id, Rabu (23/8/2023).
Menurut dia, grup orang tua ini banyak manfaatnya. Selain bisa berkenalan dengan orang tua lain dari Sabang sampai Merauke, mereka juga bisa saling bertukar informasi. Misalnya, informasi indekos. Bagi mereka yang tinggal di luar kota, informasi ini akan sangat berguna.
"Kalau saya masih di Jabodetabek, tapi ada yang dari luar Pulau Jawa, mereka kan nggak bisa langsung cari indekos gitu. Nah dengan infromasi di grup sangat membantu. Bisa juga berbagi infromasi lain yang misalnya kelewat di anak," ujar dia.
Mengetahui orang tua memiliki grup khusus, Ina mengaku awalnya anaknya terkejut. Namun, seiring berjalannya waktu anaknya tidak merasa risih. Dia malah terbantu dengan adanya grup khusus orang tua. Terlebih, saat ada masalah saat masa orientasis mahasiswa baru.
Ina menekankan grup khusus orang tua bukan kumpulan orang tua yang "rumpi-rumpi" tidak jelas. Namun, grup ini memiliki tujuan dan agenda yang jelas.
"Memang di ranah non akademmis, tidak semua mungkin diserahkan ke kampus karena kampus mikirnya ini kan mahasiwa sudah gede jadi mereka tidak akan mengurusnya. Tapi ada hal-hal lain yang orang tua perlu turun tangan," ucapnya.
Sama halnya dengan Ina, Lia juga tergabung dalam grup khusus orang tua. Isinya, kurang dari 100 orang.
Awalnya dibuat karena anaknya mendapat PTN yang sama. Bagi Lia yang memiliki anak tunggal, adanya grup sangat membantunya mendapat dan saling berbagi informasi satu sama lain.
"Anak saya anak semata wayang. Jadi di grup berasa ada teman senasib mempersiapkan anak untuk masuk PTN," ucapnya.
Salah satu yang berguna adalah informasi soal indekos. Berkat grup, Lia jadi tahu rincian soal indekos di sekitar PTN tempat anaknya akan melanjutkan pendidikan. Mulai dari kawasan hingga detail harga. Selain itu, juga soal daftar bawaan ospek dan semua tugas.
"Buat anak-anak yang tidak sat-set, cenderung pasif, itu orang tuanya terbantu untuk memeriksa. Misalnya diminta nge-print, kadang anak belum tahu tapi orang tuanya sudah tahu. Grup orang tua ada untuk saling membantu dan menguatkan di samping saling berbagi informasi," katanya.