AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Pencegahan cedera akibat perekat medis dimulai dari persiapan kulit, pemilihan bahan perekat, pemasangan, dan perekat medis. Hal itu dijelaskan oleh pakar kesehatan kulit dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia dr Maylita Sari, Sp.KK, FINSDV.
Dia mengatakan, cedera akibat perekat medis atau Medical Adhesive-Related Skin Injury (MARSI) yang paling sering ditemui yaitu dermatitis kontak iritan, blister, dermatitis kontak alergi, skin stripping, dan skin tear. Menurut Sari, penyebab utama kondisi ini yakni pemilihan perekat medis atau plester yang kurang tepat dan kurangnya pengenalan risiko awal pasien dengan kerusakan kulit akibat perekat medis atau plester.
Dia berpendapat karakteristik perekat medis yang perlu dipertimbangkan adalah kekuatan rekat, kelembutan, bahan yang berpori (breathable), dan elastisitas. "Pada intinya pemilihan perekat medis harus dapat mengakomodasi kebutuhan tujuan perekat medis atau plester, lokasi anatomis, dan kondisi yang terjadi pada kulit,” kata Sari.
Sari mengatakan, perekat medis konvensional menggunakan perekat karet (rubber) atau perekat akrilat memiliki kekuatan yang semakin meningkat berdasarkan lama pemakaiannya. Oleh karena daya rekat yang tinggi dibanding perekat konvensional inilah maka menyebabkan dapat terangkatnya lapisan kulit epidermis ketika perekat medis atau plester dilepas.
Hal ini, kata dia, berpotensi menyebabkan cedera kulit. Untuk itu diperlukan pilihan perekat medis yang berfungsi dengan baik namun tidak mencederai kulit.
Menurut Sari, berbeda dengan perekat medis, plester konvensional, perekat medis, plester berbahan perekat silikon tidak masuk ke dalam pori-pori kulit sehingga integritas kulit tetap terjaga ketika dilepaskan dan MARSI dapat dicegah. "Pada akhirnya pencegahan MARSI dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengurangi beban ekonomi,” kata Sari.