AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Diabetes menjadi salah satu masalah kesehatan yang banyak dihadapi di Indonesia, bahkan sudah dimulai sejak anak-anak. Penyakit ini disebabkan oleh faktor keturunan dan gaya hidup atau lifestyle.
Namun, sejumlah masyarakat kerap kali menyakini bahwa penyakit ini disebabkan oleh kebiasaan ngemil. Hal tersebut tidak sepenuhnya salah karena camilan yang manis mengandung tinggi gula dan kalori.
“Ketika mengonsumsi bahan makanan tinggi kalori, dapat memicu terjadinya obesitas. Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya penyakit diabetes, oleh karenanya ngemil harus diperhatikan dari jumlahnya dan dari jenis camilan yang dikonsumsi. Supaya tidak memicu terjadinya penyakit diabetes,” ujar Healthcare Communicator Kalbe Nutritionals, dr Adeline Devita, dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (6/9/2023).
Penyakit diabetes dapat terjadi pada anak hingga orang dewasa dan memiliki tanda atau gejala yang sama. Salah satunya, orang tersebut akan mudah lelah, tetapi tidak karena beraktivitas berat. Begitu juga dengan anak-anak yang kalau capai akan banyak tidur, padahal usia anak-anak seharusnya aktif dengan banyak aktivitas.
Gejala berikutnya, lanjut dr Adel, mudah lapar sehingga sering makan, tetapi tubuhnya tetap kurus. Juga sering haus melebihi normalnya orang kehausan akibat banyak aktivitas, dan hal ini disebut dengan polidipsi. Kemudian, banyak buang air kecil apalagi di malam hari. Gejala utama tersebut biasanya tidak disadari oleh orang-orang.
Selanjutnya, apabila ada luka akan lama sembuhnya sehingga muncul istilah yang disebut diabetes basah karena luka yang terbuka dan tidak kunjung sembuh. Gejala lain pada orang dewasa, pandangan mata akan lebih mudah buram atau kabur. Apabila gejala itu terjadi, pertanda sudah terjadi komplikasi bahkan ke organ mata diabetesi (pasien diabetes).
”Sebenarnya kita ngemil itu bukan yang tidak boleh sama sekali, apalagi untuk para diabetesi itu ngemil diwajibkan. Karena, perhitungan kalori untuk diabetesi ialah 5 sampai 6 kali makan dalam sehari, yakni 3 kali makan besar dan 2 sampai 3 kali cemilan atau selingan. Di selingan itu juga harus disesuaikan dengan kebutuhan kalori masing-masing orang,” jelas dr Adel.
Ia menjelaskan perhitungan camilan sekitar 90 kalori berdasarkan peraturan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Jadi pilihlah camilan yang jenisnya termasuk kategori yang baik, misalkan camilan sehat, bisa juga buah-buahan, salad sayur, atau kacang-kacangan. Tetapi harus dihitung kalorinya.
Contohnya, mengonsumsi banyak buah yang diyakini baik untuk kesehatan, tetapi untuk diabetesi tidak boleh langsung dikonsumsi sekali makan. Dalam hal ini, harus diperhitungkan jumlah kalori dari satu porsi buah-buahan tersebut, sesuai rekomendasi Kementerian Kesehatan RI. Brand Manager Diabetasol, Dewa Baskara, mengatakan apabila diabetesi mengonsumsi makanan yang tinggi serat, otomatis akan menekan rasa lapar sehingga diabetesi tidak mudah ngemil.