AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Makanan yang disantap memiliki dampak langsung pada otak dan memori. Ketika seseorang memilih untuk makan lebih sehat, dampak positifnya akan terlihat pada penampilan luar tubuh sekaligus cara kerja tubuh bagian dalam.
Efek baik itu juga terjadi pada otak, salah satu organ tubuh yang paling kompleks. Menurut ahli kesehatan, lebih baik menghindari makanan ultraproses, sebab bisa sangat merugikan kesehatan otak. Khususnya, kemampuan untuk belajar dan menghafal sesuatu.
Hal itu disampaikan oleh Felice Jacka, profesor psikiatri nutrisi dari Alfred Deakin College. Makanan ultraproses merupakan makanan yang didekonstruksi dari bahan aslinya dan disatukan kembali, dan biasanya memiliki daftar bahan lain yang tidak ditemukan dalam makanan utuh.
Tambahan itu termasuk gula buatan, pewarna makanan, pengawet, atau pengemuls. Dalam episode terbaru podcast kesehatan ZOE, Jacka mengutip studi yang meneliti orang muda dan sehat. Sebagian diminta menyantap makanan ultraproses untuk sarapan selama empat hari.
Salah satu kelompok diminta menyantapakanan ultraproses yang tinggi lemak dan tinggi gula, sementara kelompok lainnya tidak. "Dalam waktu empat hari, mereka dapat melihat dampak pada pembelajaran terkait hipokampus dan tugas memori pada peserta," kata Jacka.
Menyantap makanan ultraproses "mengganggu" fungsi hipokampus, yakni bagian otak yang berperan dalam pembelajaran dan pengolahan memori jangka panjang. Dia menyampaikan, secara real time hipokampus menyusut akibat mengonsumsi banyak makanan ultraproses. Kondisi itu pun dikaitkan dengan situasi kesehatan buruk lainnya, seperti demensia.
Sebaliknya, dengan memperbaiki pola makan dan mengurangi makanan ultraproses, dapat meningkatkan kesehatan otak hanya dalam tiga pekan. Karena itu, Jacka menyarankan masyarakat lebih mencermati pilihan makanan, yang sebisa mungkin disarankan berupa makanan utuh. Belum terlambat unthk menyetop atau menghindari santapan produk ultraproses.